Teh Jingga pemurnian diri berawal dari Sabtu ketika itu, secangkir teh menjadi saksi kisah seorang wanita yang menceritakan bagaimana saat ini dia lelah menghadapi suaminya.
Sebut saja namanya Jingga, cantik dan pintar namun kadang terlalu apa adanya.
Sabtu itu Jingga bercerita bagaimana setelah belasan tahun menikah baru menyadari sifat asli suaminya. Aku berkata pada Jingga, “Bagaimana bisa Jingga?
Waktu begitu lama berlalu dan kau baru menyadarinya sekarang?
”Jingga pun menjelaskan, “
Gini loh Nik, dari waktu pacaran sampai sekarang suami aku itu selalu memberikan apa yang menjadi kebutuhanku dan dia tidak mengeluh dengan apa yang menjadi kekuranganku, kalaupun dia mengutarakan yang dia tidak suka, aku masih menerima dengan baik.
Tetapi beberapa bulan ini aku melihat dia berbeda, aku merasa inilah sifat aslinya, dia banyak menuntut. Aku berkata apa adanya, dia marah dan berkata ‘harusnya kamu tidak bilang seperti itu, baiknya begini’. Suaminya kerapkali mencontohkan bahasa yang dikehendakinya.
Teh Jingga pemurnian diri.
Banyak hal lain yang membuat Jingga tidak suka. Dia pun menceritakan kalau suaminya saat ini menghadapi masa-masa yang sulit. Tetapi di saat sulit seperti itu suaminya tidak pernah menjadikan Jingga tempat seharusnya sebagai istri.
Semua disimpan sendiri. Mengenai ini aku dengan Jingga sepakat. Rasanya apa guna sebagai pasangan apalagi istri, jika beban hidup ditanggung sendiri.
Apalagi berdampak uringan-uringan, banyak menuntut namun tidak berbagi dimana lelahnya, dimana sakitnya, maupun dimana kesulitannya. Kalau dikatakan bertanggung jawab, suaminya memang bertanggung jawab. Semua kebutuhan dicukupkan, walaupun mungkin kadang diusahakan.
Tetapi buat apa itu semua jika hanya sebatas tanggung jawab.akhirnya aku ambil bagian untuk mengutarakan pendapatku.
Teh Jingga permurnian diri, sambil meneguk hangatnya teh, aku berkata, “Jingga, suamimu memang tidak sepenuhnya benar maupun sepenuhnya salah. Seperti apapun keadaannya sekarang ini, kamu harus siap menanggungnya karena sejatinya itulah peran istri atau pasangan.
Selama ini suamimu mencoba membahagiakan kamu dengan caranya, memberikan apa yang menjadi kebutuhanmu dan memanjakanmu walaupun mungkin dia belum mampu. Saatnya sekarang ini adalah peranmu.
Cobalah mengikuti apa yang menjadi keinginannya. Karena aku melihat dia hanya ingin kamu menjadi lebih baik”.Jingga menyela, “Tapi kan dia dulu nggak menuntut itu, kalau tahu dulu begini, nggak mungkin aku mau sama dia.”
“Ha ha ha ha ha”, akupun tertawa.
Terbayang kisah-kisah hadir, bersama teh kopi atau nikmat hidangan memuaskan perut bagaimana segalanya akan bisa jika bertujuan.
Teringat juga kisah Bumi Manusia sebuah karya om Pram, aku review di blog Dani. Selain disana pernah juga menulis di halaman berbeda tentang nurani babak belur masih lanjutan tetralogi Om Pram.
“Bukankah banyak lelaki semua seperti itu, kan demi mendapatkanmu, ya pastilah saat itu dia mengalah.Tapi sekarang keadaan berbeda, kamu sudah jadi istrinya”, selorohku sambil tertawa.
Sulit bagi Jingga menghadapi saat-saat ini karena dia seorang wanita yang di masa gadisnya menjadi kesayangan ayahnya. Semua kebutuhannya dicukupkan.
UBAH CARA PANDANGMU – Teh Jingga Pemurnian diri
Aku melanjutkan pendapatku,
“Jika memang kamu sulit menerima bahwa kamu berubah demi dia, ada baiknya kamu rubah cara pandangmu. Berubahlah demi diri kamu sendiri”
Kamu yang manja menjadi mandiri. Kamu yang kurang sabar menjadi pribadi yang lebih sabar. Karena kita tidak pernah tahu kejadian yang direncanakan Tuhan untuk terjadi itu maksudnya apa.
Mulailah dari diri sendiri. Mungkin saja kejadian ini memang untuk memurnikan hatimu. Biarkan suamimu bersikap yang kamu rasa tidak tepat. Jika suamimu banyak menuntut, kamu jangan menuntut kembali karena kamu sudah merasakan bagaimana tidak enaknya dituntut.
Teh Jingga pemurnian diri.
Kadang memang kita wanita terlalu di bawa perasaan. Tetapi saat ini kamu lebih mengerti, sebaiknya berubahlah dari diri sendiri.
Teh kembali kuteguk.
Aku rasakan bagaimana nikmat manisnya, berharap Jinggapun akan mengalami kembali manis hidup bersama suaminya.
Jingga memelukku, “Nik terima kasih ya sudah menjadi bagian di saat sulitku.
” Kukatakan pada dia, “Bukankah itu arti dari seorang kawan? ada disaat sulit ataupun senang.”
Sebelum berpisah dengan Jingga, aku ingatkan kembali, “Jadilah kuat, bawa semuanya dalam doa, percayalah bahwa semuanya akan baik”.
Teh Jingga pemurnian diri sedang berproses, apakah mampu bertahan ataupun terlepas, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Dalem nasihatnya. Semoga Jingga dan suaminya bisa sama-sama berubah menuju ke keadaan yang lebih baik ya. Dan semoga selalu bahagia.
Amin.
That’s what’s friends for ya Nik…saling mengingatkan…saling mendoakan Dan saling menguatkan….*sodorin #tempatsampah award hehehe
Hahahaha Rini, love you daaah ???, thank you yaak udh mampir .. Peyukkk