My Generation film aku menulisnya butuh waktu karena ada part dalam kisah hidupku ada disana.
Entahlah ya untuk pertama kali nonton saat premier perasaanku di aduk-aduk oleh setiap adegan , setiap adegan mengajak tertawa, joget dan akhirnya menangis tersedu-sedu.
Jauh dari apa yang menjadi kesan orang-orang Ketika trailer disebar ada banyak tanggapan negatif mengenai film ini apalagi dengan poster seperti ini
Bisa dibilang poster ini mengundang komentar negatif, namun buatku sendiri tidak ada yang membuat berpikir negatif untuk sebuah poster seperti itu
kenapa ?
Karena mereka adalah anak-anak remaja dan mereka bersahabat, buatku hal itu biasa. Kembali memang setiap orang bebas berpendapat.
Masa Remajaku
Oke kembali ke trailer , jujur sebagai generasi sebelumnya aku memang termasuk orang yang tidak bisa menerima sikap anak-anak jaman now yang terlalu terbuka.
Mungkin aku merasa membandingkan dengan diriku sendiri.
Sebelum lanjut yang mau tahu tentangku silahkan melipir kesini.
My Generation film mengingatkan akan masa remajaku yang sangat jauh dari film itu,
Mereka termasuk anak-anak yang beruntung karena memiliki orang tua mencukupi dalam materi , tapi kami punya persamaan.
Sama-sama kurang perhatian dari orang tua.
Buatku mereka sama karena sibuk dengan permasalahan masing-masing , lupa dengan titipan yang diberikan untuk mendidik dan mengasihi buah hatinya dengan perhatian.
Perbedaannya antara anak-anak di film itu , mereka dengan bebas berbicara sedangkan aku diam dalam kesendirian dan keangkuhan diri.
Hanya alam, buku dan ego menjadi sahabat sejati. *langsung teringat semua masa itu ( mulai diaduk-aduk perasaannya )
Tentang My Generation Film
Dua kali aku nonton film ini, pertama saat premier dan kedua bersama sahabat.
Dua-duanya sama membuat perasaaan di aduk-aduk, tetap pada akhirnya menangis.
Film ini mengisahkan tentang empat remaja yang punya permasalahan yang berbeda namun mereka bersatu dalam persahabatan mereka satu sama lain saling mensuport.
Mereka adalah anak muda yang kreatif dan manis. Mereka adalah Zeke, Orly, Konji dan Zuki.
Suatu hari membuat video untuk memprotes masalah guru, sekolah, dan orang tua. Bukannya mendapat apresiasi, ternyata menjadi viral dan malah mendapat hukuman, mereka tidak diperbolehkan untuk pergi liburan.
Lengkap dan detail dari permasalahan mereka ada di tulisan salah satu teman yang berjudul benarkah-film-my-generation-patut .
Ketika kau nonton kedua kalinya bersama sahabatku , aku bertanya pada mereka apa kesan dari film itu, mereka menjawab , film ini bikin terharu, bikin inget orang tua dan banyak pesan moral.
Perkembangan Zaman
Perkembangan zaman membuat mereka bebas berbicara sedangkan aku tidak mampu untuk mengutarakan, hanya sebuah diary menjadi tumpahan hati, Mereka beruntung karena ada empat orang yang saling mendukung.
Sedangkan aku hanya sendiri, Hampir dibilang aku tidak punya teman karena aku termasuk anak yang bersikap menyebalkan.
Belakangan aku mengerti karena masa dimana dalam kandungan dan masa kecilku penuh dengan kesendirian dan penolakan.
Sebelum menonton aku sempat tidak menerima sikap mereka, karena dengan kesamaan permasalahan yang sama bahkan di bilang lebih rumit aku mampu melewati semua itu tanpa pernah membuat masalah.
Bahkan dibilang aku termasuk anak yang penurut dan menjadi harapan Ibu, selain itu aku termasuk anak yang mandiri.
Tapi memang zaman semua sudah berubah, aku harus menerima itu dan lebih belajar memahami.
Era keterbukaan.
Harus diakui zamannya semua sudah serba terbuka.
zaman serba instan dan digital semakin sulit membendung informasi-informasi dan serta kemudahan untuk mengungkapkan apapun. Termasuk perasaan di sosmed.
Karena itulah Sutradara My Generation Film mba Upi sampai meriset hampir dua tahun mencari tahu seperti apa pertumbuhan dan karakter remaja di zaman now.
Buatku mba Upi berhasil mengungkapkan apa yang menjadi permasalahan remaja zaman now. Rasanya semakin aku pelajari tentang remaja hampir setiap zaman punya permasalahan yang tidak jauh berbeda.
Remaja itu masa dimana mencari jati diri.
Hanya zaman yang membungkusnya berbeda, jika dulu tidak ada media untuk mengungkapkan sedangkan sekarang media curhat itu ada , SOSMED.
Zaman dulu banyak perilaku anak-anak begitu manis di keluarga namun di luar siapa yang tahu ?
Sekarang ? oh tidak ada yang bisa sembunyikan. Ada saja yang memberikan informasi.
Artinya semua sudah berubah dan disinilah letak pembelajaran, bagaimanakah harus menyikapinya.
Aku & Zeke
Dari semua karakter yang ada paling terkesan dan dengan “Zeke”
Dalam persahabatan zeke leadernya dan sekaligus menjadi otak terjadinya permasalahan. Aku merasa hidup dalam karakter Zeke karena aku pernah ada di posisi itu.
Sampai sekarang aku sangat sensitif dan cenderung merasa “marah” ketika ada orang yang punya permasalahan tidak mau ngomong tapi malah diam.
Sangat tidak enak. Aku lebih senang di marahin diberi tahu salahnya dimana dari pada diam. serba salah dan rasa penolakan itu akan timbul ketika penolakan itu hadir maka sifat yang sangat buruk dalam diriku akan bangun. Marah.
Orang tua Zeke diam dalam lukanya ketika anak bungsunya koma kecelakaan karena ulah Zeke , dalam diamnya orang tuanya lupa kalau Zeke butuh perhatian, butuh komunikasi, butuh diajak bicara.
Sama dengan orang tuaku yaitu Ibu, dalam kesibukannya menanggung beban karena ambisi ayahku aku harus menerima masa-masa kurang perhatian, dibiarkan sendiri menanggung segala permasalahan, bahkan sampai saat ini beliau tidak tahu aku pernah mengalami hal paling pahit dalam hidup.
Adegan yang paling terbayang sampai saat ini saat Zeke marah berkata ” Ayah , Ibu tidakkah ada kata terucap dari kalian …. kalian lupa kalau ada masih ada aku ”
Sebuah ungkapan yang menyayat hatiku, sama yang ingin kukatakan ” Ibu tidakkah punya waktu denganku, tidakkah pernah kau berpikir aku butuh perhatianmu, tidak kau tahu aku mengalami hal paling pahit dalam hidupku ”
Zeke mampu berkata lantang sedangkan aku hanya bisa diam.
Komunikasi & Menerima
Dalam perjalanan hidup banyak hal yang aku terima, termasuk perubahan diri .
Hal ini aku bisa dapatkan ketika mampu melangkah , kisahnya dalam di baca disini.
Zaman memang berubah namun hal yang tidak pernah berubah adalah hal penerimaan. Dalam Mg Generation film dengan jelas menggambarkan bahwa segala permasalahan bisa diatasi dengan menerima luka masing-masing.
Kuncinya adalah komunikasi, bicara satu sama lainnya.
Karena setiap orang pribadi punya kelemahan, pernah punya luka hanya mungkin kadarnya berbeda. Butuh komunikasi yang baik .
Selain menerima kelemahan orang lain , sangat penting juga menerima kelemahan diri serta berdamai dengan itu. Berdamai dengan diri apapun keadaannya pahit atau manis akan lebih mudah menerimanya.
Aku sendiri sudah membuktikan itu.
GIVE AWAY
My Generation film buatku sebuah karya yang patut diabadikan karena ada banyak pesan moral disampaikan dan pembelajaran penting terutama komunikasi antara orang tua dan anak.
Karena itu bentuk terima kasihku atas film itu serta bentuk syukurku atas tahun 2017 , aku ingin memberikan satu hadiah berbentuk uang tunai dengan syarat
- Follow akun IG ku @niksukacita dan @indoblognet
- Komen di tulisanku. Berikan kesanmu tentang My Generation film ( Bagi yang nonton ) bagi yang tidak nonton berikan kesanmu tentang tulisanku
Komen paling berkesan akan menjadi pemenang ( hanya di pilih satu )
Yang terpilih akan diumumkan di Instagramku pada tanggal 25 Desember 2017 dengan langsung memberikan hadiahnya.
Selamat mengikuti … semoga beruntung.
Ooh jadi #TeamZeke karena ada sesuatu yaa, selain karena Zeke ganteng. ?
Awalnya saya juga #TeamZeke tapi semenjak nonton jadi pindah ke #TeamKonji sorry bryan. ?
Dari keempat pemeran utama, nggak ada masalah yang “gue banget”. Tapiii semuanya berhasil bikin inget masa2 muda, karena ada beberapa temen yang juga sering cerita masalah2 yg mirip ama mereka. Satu pemeran anak muda yang diinget selain mereka adalah si rese mantannya Suki, wakakakaka mau ditulis tapi takut spoiler. ??????
Film Generation memang disajikan sesuai fakta. Dan sejak dulu, kelakuan remaja sudah seperti tergambar dalam film. Bahkan sekarang lebih kompleks ya, Mbak Nik.
Aiih ada link tulisanku, ihi..ihi..ihi jadi malu, thanks mbak Nik, semoga nambahin trafik, xixi..
Kemarin Jum’at saya nonton, malah jebol nangis pas adegan papa surya saputra marahin Suki dan jelek-jelekin temen Suki, trs bukannya dengerin anak kek eh malah bilang I don’t care lalu pergi.. Hih, sebel, keseell, dengerin woy, gitu kali kira-kira hahaha.. Aku nangis krn ikut emosi dan pernah pada posisi Suki, pernah juga sbg ortu yg otoriter, pdhl anakku masih SD, duh gimana kalo mereka dah gede emaknya masih gualak gini..? *jadi ngaca sama film ini.
Dan kukira adegan Zeke dan ortunya memang menyakitkan, dicuekin itu emang gak weunak, hidup rasanya sepi, mungkin banyak remaja kita yang mengalami hal serupa, akhirnya gak heran banyak remaja ‘nakal’, pdhl bisa jadi itu sbg bentuk pelampiasan batin dan luapan emosi, remaja kan emang labil, nekat, tapi sebenernya rapuh..
Film ini bagiku bagusnya ditonton bareng antara remaja sama ortu, sebagai penetral, tapi apa iya bisa? Wong remaja kebanyakan udah ogah nonton bareng sama mama papa? Hehe bener kan?
Ya sudahlah, semoga film ini tetap bisa diambil hikmahnya meskipun nanti nontonnya di tivi #eh.. ?
Yes, tokoh Zeke juga sangat mengena bagiku. Dimana orangtua yang diam dan tidak memberi pendapat, tetapi selalu menemukan alasan untuk menyalahkan apa yang kita lakukan.
Saat kita berprestasi tak ada ucapan selamat atau apresiasi. Satu hal yang hakiki, orangtua selalu benar sebesar apapun kesalahan mereka, sedangkan anak selalu salah apapun keberhasilan yang mereka raih.
Hey, please saat pilih sekolah mereka bilang terserah kan kamu yang bakalan jalani. Tapi setelah lulus dengan enteng mereka bilang cari kuliahan swasta sih, ga kompeten kerja. Saat bekerja, karena baru lulus saya jadi kasir sebuah salon, mereka protes kok lulusan kuliah cuma jadi kasir. Bekerja perlu proses, mulai dari nol ga bisa ujug2 jadi direktur.
OMG semua yang saya lakukan selalu salah dan salah, padahal sebelum melangkah saya selalu bertanya dan menanyakan pendapat mereka.
Andaikan saya memiliki sikap dan ketegasan seperti Zeke.
Saat nonton film My Generation hati bercampur aduk, saya sekarang orangtua, tetapi saya sangat merasakan gejolak pubertas terpendam seperti semua tokoh di film ini.
Bagi orang lain yg hidupnya selalu mendapat support orangtua, pasti memandang sebelah mata film ini. Hey, inilah realita masyarakat saat ini, beri anak-anak kita ruang untuk menunjukan eksistensi mereka, bimbing mereka secara manusiawi, hargai prestasi mereka, dan jadikan mereka sahabat dengan meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka.
Aih, saya malah curhat :p
Seperti sudah saya bilang di form dan group di Cianjur tempat saya tinggal tidak ada bioskop. Jadi entah sampai kapan saya baru bisa nonton MYG.
Tapi dari triller, rilis dan cerita teman yg sudah nonton, termasuk dari tulisan Mbak Nik ini, saya jadi banyak tahu tentang perkembangan generasi muda zaman sekarang.
Terus terang ini jadi modal terbesar kami sebagai orang tua, guru ngaji di kampung (di rumah) dan guru formal di sebuah SMPN di Pasirkuda, sebuah kecamatan yang berada di selatan Cianjur.
Dulu saya dan suami mengajar gitu2 aja. Istilahnya tidak ada sampai ke hati asal materi sampai.
Setelah saya banyak baca dan tahu banyak dari film ini saya jadi tahu oh, ternyata anak2 remaja itu begitu…
Pantas kalau di pengajian, di sekolah, meski berada di desa tapi remaja (anak SMP nya) kok ya mulai berubah. Tingkah laku, sikap, dan tutur kata mulai mengikuti anak kota yg mereka lihat dari tv atau gadget dengan minim pendampingan orang dewasa.
Kini sebagai orang tua dan gurunya kami yang menjemput bola. Kami posisikan kami sebagai orang tua mereka dan berusaha menjadi sahabat bagi mereka khususnya anak didik kami sehingga mereka nyaman bercerita, bebas mengadu kalau ada masalah dan tidak malu saat bertanya sesuatu yg jika ditanyakan kepada perut mereka di kampung selalu cukup dengan kata: jangan tanyakan itu, tabu atau pamali…
Kini dengan berbagai metode kami coba lebih mendekati anak. Menyelipkan berbagai cerita dan kisah disela-sela materi biasanya.
Termasuk di rumah di sekolah dan di pengajian.
Perlahan kami terangkan bagaimana remaja yang baligh, supaya anak tahu seandainya mereka mengalami pada masanya tidak bingung dan tidak malu bertanya.
Hasilnya minggu lalu ada anak yang mulai bertanya tata cara mandi besar saat mendapat haid pertama. Betapa tersentuhnya saya mengingat mayoritas di desa kami Muslim semua. Bayangkan kalau anak itu tidak mau bertanya, apakah seumur hidupnya hanya akan diam saja tidak tahu bagaimana seharusnya “membersihkan diri” setelah haid? Termasuk batasan pergaulan karena setelah haid artinya dia sudah bisa mengandung.
Dan tanpa kami sangka juga, suami juga cerita kalau di sekolah tempat dia ngajar ada anak bertanya dia bingung sudah beberapa hati dia “ngompol” terus dan dia jadi gelisah karena tidak berani cerita ke orang tuanya. Padahal sebagai anak laki2 itu juga normal. Dan segera suami memberikan informasi terkait apa yang harus dilakukan remaja Muslim dengan “jima'”.
Kami sadar ternyata banyak peran orang tua yang sebelumnya tidak kami ketahui belum sampai kepada anak-anak zaman sekarang.
Zaman sudah berubah dan kita harus mengikutinya karena kalau tidak seperti yang kami lihat dan alami, anak bisa berontak, bisa terjerumus dalam hal tidak baik. Kalau sudah begitu generasi bangsa rusak, negara rapuh, siapa yg salah?
Saya sependapat dengan Mbak Nik, “Sampai sekarang aku sangat sensitif dan cenderung merasa “marah” ketika ada orang yang punya permasalahan tidak mau ngomong tapi malah diam.”
Saya sependapat dengan Mbak Nik, karena ternyata diam itu yang jadi pemicu permasalah lain. Beruntung Mbak Nik pelariannya hanya ke buku, diary, dan kesendirian. Jadi terhindar dari pengaruh negatif. Lah anak sekarang kalau ada masalah kan larinya ke narkoba. Serem.
Karena itu sekarang kami mengajar sambil mengajak bicara anak didik. Membiasakan mereka mengadu kalau punya masalah dan mengarahkan supaya mereka mengadu ke orang yang tepat.
Sukses selalu untuk Mbak Nik, Indoblognet, dan MYG serta semua remaja Indonesia. Amin.
Salam
Okti Li
tehokti.com
Waah membaca tulisan ini dan linknya membawaku pada laut. Alam yang paling disukai mbak Nik. Aku serasa berenang, menyelam, turun naik mengikuti irama ombak yang membawaku. Seolah itu adalah irama hidup mbak Nik dan Zeke. Aku pun mengharu biru menyaksikannya. Sebuah perjalanan hidup yang menyedihkan tapi mampu memberikan makna pada akhirnya. Melangkahlah dan berdamailah… Dua kata kunci yang sangat menginspirasi. Hidup adalah sebuah perjuangan. Melangkah untuk memenangkannya dan berdamai untuk menerima secara ikhlas apapun yg terjadi dalam perjuangan/peperangan itu. Mbak Nik dan Zeke adalah dua generasi yg berbeda tapi memiliki kesamaan nasib. Penerimaanlah yg membedakannya. Namun, …..
Ah, saya tak mampu menyelesaikan kalimat itu. Biarkanlah mbak Nik, Zeke, teman-teman, penonton atau siapapun yang akan menyelesaikannya. Seperti sebuah kisah hidup yang hanya mampu dilakoni dan ditutup oleh para pelakonna.
Sukses untuk film Mbak Upi, My Generation
aku udah nonton filmnya dan kena banget keinget waktu masa sma dan kuliah. aku suka karakter suki yang cuek tapi rapuh karena sama kayak aku yang kesannya cuek tapi mudah sedih atau stress.
untungnya aku ikut ekskul jadi punya banyak teman atau kegiatan buat penyaluran emosi. tapi kalau lagi sendirian suka sedih dan nangis sendiri karena kurang perhatian orang tua. bertahun-tahun ngekos karena hubungan sama orang tua kurang harmonis tapi sekarang udah mulai membaik karena kesadaran untuk berkomunikasi.
dari film my generation aku jadi belajar pentingnya komunikasi dan saling menerima supaya bisa belajar mendukung dalam keluarga.
jadi pengen nonton lagi bareng sahabat biar lebih berkesan ?
terima kasih Mba Nik.. tulisannya sangat menginspirasi.. Mungkin yg bisa saya petik dari sini adalah setiap orang punya kekuatan ajaib di dalam dirinya.. Kekuatan tersebut yg membuat ia kuat, mampu bangkit ketika jatuh, menjadikan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran.. Begitupun ketika kita ditakdirkan harus memiliki orang tua atau saudara yang sikap atau tabiatnya tak sesuai harapan.. Batin kita kemudian dibiasakan untuk melalui tahapan demi tahapan penerimaan.. Dengan niat dan harapan semoga semua akan berubah menjadi lebih baik seiring waktu.. Aamiin ?
Well kehidupanku waktu kecil malah monoton. Apalagi kelas 4 sd orangtuaku sudah bercerai.
Salut sebenarnya buat mbak UPI nya, semua cerita negatif tentang filmnya melalui trailer atau cover terbantahkan setelah menonton.
Memang betul komunikasi itu perlu dan menerima keadaan itu penting. ini juga yang sampai hari ini saya coba…. terkadang susah.
Namun setidaknya setelah membaca artikel mbak dan menonton film mygeneration… mudah mudhaan kedepannya lebih baik.
miss u
Sebagai ibu aku menangis baca kisahmu, Nik dan ingat saat ini Lintang sedang tumbuh dalam masa pubertas
Masa masa sulit
Masa masa yang mengubah dia jadi.gadis menyebalkan dari gadis kecil yang lucu dan naif
Mungkin juga..dia mulai merasa ibunya juga menyebalkan
Menyelaraskan dua perasaan ini tidak mudah
Aku butuh berjuang
Bersabar
Saya belum nonton filmya, tapi setelah baca ini dan juga kisah hidup Nik, jadi terharu…
Inti dari komunikasi sebenarnya adalah mendengarkan. Banyak terjadi miskom antara ortu dan anak karena ortu tdk mau mendengar apa kata anak. Mereka selalu merasa paling benar dan menganggap anak selamanya sebagai sosok anak kecil yang gak ngerti apa-apa. Ketika anak bicara, mengutarakan pendapat, malah dianggap membantah atau menggurui ortu.
Sekarang ini saya punya 2 anak remaja yang saya usahakan hubunganku dengan mereka bisa selalu dekat layaknya sahabat. Tapi ya gitu… Harus pintar-pintar pendekatan biar mereka mau selalu cerita apa aja ke Maminya ?
Pas nonton film my generation, aku ngerasa malah ada kemiripan sama Suki, Mba Nik…meskipun nggak se ekstrim itu juga sih. Aku lebih bahlul dari si Suki soalnya. hahaha…
Mungkin nggak banyak yang tau dulu aku pernah “perang dingin” sama bokap karena nggak dibolehin kuliah di Jogja. Padahal saat itu udah keterima di UGM. Kampus impian. Ya kayak gitu, ortu nggak mau percaya sama keputusan anak. Takut nanti terjebak pergaulan bebas disana. Sampe akhirnya ngenes aku, setahun nggak kuliah dulu. Nyoba berdamai dengan hati, juga nyari win-win solution sama ortu. Finally, nyangkutlah di Bandung.
Ah, cerita lengkapnya kayaknya mba Nik lebih tau deh :D:D
Yes.. Film ini memang ‘kita’ banget untuk remaja do zaman sekarang. Apa yang ditampilkan di film ini nyaris tak terbantahkan karena itu adanya.. Salit buat Upi!!!!
Film My Generation itu luar biasa loh menurutku. Menampilkan konflik remaja, bahkan saya kira bukan remaja zaman now yang punya konflik dengan orang tua, saya sendiri juga dulu ada konflik dengan orang tua tentang cita-cita yang tidak sepaham dengan ortu.
Nah kalau Zeke, yesss aku setuju, aku pun suka sekali dengan Zeke si leader. Bener-bener merasa hidup di karakter Zeke..
Setelah nonton film ini, keluar bioskop mataku sembab gara-gara nangis, apalagi pas Zeke marah ke orang tuanya, yang merasa enggak dianggap. Padahal yang merasa kehilangan banget itu Zeke… Karena dia dekat sama adiknya hikks hiksss ?
Terus terang saya penasaraaann bangeett pengen nonton film ini, mba..
Sering baca review teman2 tentang film ini. Katanya bikin mewek, terharu dan gak “senegatif” sangkaan segelintir orang tentang film My Generation. Ada banyak hal positif yg bisa diambil dari film ini.
Tapi apa daya film MG gak sampai di kota kecil tempat tinggal saya, syediiih ?
Apalagi baca ulasan mb Nik ini, saya makin penasaran apalagi sama sosok Zeke yang kece *uhuukk
Intinya sih harus bisa saling memahami orang tua dan anak. Orangtua gak boleh terlalu otoriter, anak juga ojok mokong2.. Eh jangan bandel2 maksud saya hehehe..
Mb Nik, saya mau ikut GAnya doong ??
ahh film ini entah kenapa banyak sekali nyentuh kehidupan kita ya. gak nyangka bgt suamiku sendiri sampe ber-kaca2 dan bilang ini salah satu film Indonesia terbaik! abis nonton pun dia lgsg re-connect sm temen2 SMA, krn berasa nostalgia bgt dgn segala kelakuan remaja yg ditayangin di film ini, yang artinyaaa meski ada pergeseran jaman, sebenernya tetap ada “benang merah” yg sama dari kehidupan para remaja dlm berbagai generasi. aku pribadi, berasa sbg campuran antara karakter Orly dan Zeke–kritis, jutek, konyol, iseng, suka gak nyadar udh nyakitin org, sebenernya punya sisi manja yg berusaha ditutupin, dsb. mixed emotion bgt makanya pas nonton film ini. krn skrg aku udh jd ortu jg, jd tersentil utk belajar lbh memahami anak, dan belajar berkomunikasi yg benar dgn anak. asli deh bakal panjang bgt gak kelar2 klo ngomongin kesan saya thd film My Generation ini, hihihi.. begitu abis nonton pun aku lgsg review di blog wkt itu ?
aku ikutan giveawaynya ya kak Nik, siapatau beruntung. hihi.. syarat no.1 pastinya udh duluan dilaksanakan. cheers ~
pada jamannya masing-masing, setiap permasalahan itu ada ya!
tinggal anak “jaman itu” ketemu dengan ortu jaman itu juga yang solusinya beda beda
Waktu menonton film My Generation aku melihat 4 tokoh itu adl remaja2 yg hebat, mampu menyuarakan pendapat, berbuat apapun yg diinginkan bahkan terkesan melawan ortu. Memang beda jaman beda generasi. Spt yg dialami keponakanku yg bebas memilih les apapun. Beda dg saat aku kecil, ortuku hanya mampu membelikan kami buku. Krn mrk sibuk akhirnya aku&saudara2ku menghabiskan waktu dg membaca buku ditemani om&tante yg tinggal serumah. Les yg kami ikuti pun hanya les pelajaran. sementara les lainnya tdk bs krn tdk ada biaya&jauh dr rmh. Namun kini aku mensyukuri semuanya itu. Film My Generation menyadarkanku bahwa tdk mudah menjadi ortu. Tdk ada sekolah menjadi ortu yg baik. Aku percaya setiap ortu menginginkan yg terbaik u anak2nya. Mungkin caranya saja yg kurang tepat seperti yg dialami Zeke saat adiknya meninggal dan ortunya menyalahkan dia. Atau ortu Konji yg slalu membandingkan jamannya dg jaman anaknya. Film My Generation ini membuka mata bahwa menyikapi anak yg bermasalah itu tdk hrs dg cara kekerasan spt membentak atau memarahi. Bicara dr hati ke hati, menjalin komunikasi yg intim adl cara yg terbaik
Kesan pertama saya melihat cover my generation yg muncul dibenak saya apakah flim ini Menceritakan hal negatif membuat rasa penasaran semakin jadi ternyata realitanya flim ini menceritakan hubungan anak sm orang tua ya bagi saya yang hanya memiliki single parent ya cma seorang hero mom terkadng jadi ayah kadang jadi best ibuk , bagi saya orang tua harus bisa jadi sahabat bagi anak bukan jadi otoriter memahami anak kehendak anak tp tetap dalam konteks diawasi, ibu saya selalu menjadi kami anak” nya sahabat saya merasa tetep punya ayah dr sosok ibu walaupun itu hayalan , terkadang org tua hanya memaksa tanpa tau bagaimana anaknya tdk memberi kebebasan dan selalu sibuk bekerja
Meskipun belum kesampaian nonton film My Generation, saya bisa melihat gambarannya dari apa yang dituliskan mba Nik. Pasti seru, penuh tantangan dan sarat dengan bahan untuk direnungkan sekaligus menjadi pengingat masa-masa remaja dulu. Sepertinya ada part tertentu yang “gue banget”
Melalui tulisan mba Nik pula, saya juga tahu bagaimana rasanya sendiri. Sunyi. Dan tak berani bersuara karena takut. Ya, masa remaja saya pernah diwarnai dengan rasa minder alias tidak percaya pada diri sendiri. Saya pernah merasakan bagaimana dihina, diremehkan, dan dikerdilkan. “Ah, kamu itu bisanya apa?” Kata itu pernah mampir di telinga saya. Bahkan dari orang terdekat.
Seringkali, orangtua lebih mengedepankan egonya tanpa melihat bagaimana perasaan anak. Tak jarang anak disalahkan sebagai kambing hitam atas permasalahan yang ada. Pun anak menjadi pelampiasan amarah atas kesalahan orangtuanya sendiri. Tanpa melihat apa dampak psikologis di masa depan anak.
Thanks for sharing. mba Nik.. Keep always be strong! 🙂