Ketika Jemu Menyapa…
Lirih berbisik,
bahagia kau dengan baik-baik saja ?
Tanpa denyutan, semua berjalan dengan ritme yang sama. benarkah ini baik ?
Tenang tanpa desiran dan waktu berlomba melahirkan kesibukan-kesibukan yang konon katanya memperjuangkan kenyamanan dikemudian hari, berdalih demi esok dan tanpa sadar hari ini terkeping-keping.
Bising, riuh berlomba yang katanya untuk lebih baik, demi bahagia.
Hingga dalam satu titik hening menyapa dalam ramainya kesibukan menuntut.
Jemu, bosan dan terkuak sebuah pertanyaan ” apa kabar diri, sudah bahagia ?”
Ketika Jemu Menyapa
Raga berdampingan jiwa berjarak
Bersama tak bersatu
Bersatu tak terpaut
Ruang binar yang merona jiwa pernah ada
awal saat percikan desiran itu menyapa
setiap detiknya mengharapkan temu
Kemanakah itu ?
Tertegun diri kemanakah denyutan yang pernah diperjuangkan
Rasa yang membawa jalan bersama itu telah tergerus oleh waktu
Entah siapa yang memulai
Seakan baik-baik saja tapi diri bertanya apakah benar ini baik ?
Rindu ?
Kalah
Dia seakan tak mampu menghadirkan diri karena bosan itu telah memenangkannya.
Ada namun tiada
Tersentuh tak bergairah
Bagaimana bisa rindu bisa hadir ?
Bertemu tak terpaut
Berdialog tak intim
Senyum tapi getir
Jemu, bosan dan lirih lagu Jenuh Rio Febrian itupun melewati bayangan ketika jemu menyapa
Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang
Maaf, ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mau ku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja
Jenuh…
Resah – Takut – Ketika Jemu Menyapa
Mungkin diri akan berjuang untuk rasa jenuh, jemu , bosan itu dilalui tapi bagaimana dengan dia ?
Resah itu menghampiri dan anginpun bersorai girang menertawakan kesibukan yang telah diperjuangkan, menertawakan esok yang nyatanya hari ini tak utuh.
Getirpun tersenyum dan rasa retak seakan tiba-tiba menghampiri.
Baik-baik saja belum tentu baik terlebih tak ada dialog yang mendalam
Menyapa pagi dengan senyum datar, pergi berjuang katanya untuk esok dan siangpun hanya berbasa basi makan apa, itupun jika ingat, ketika malam seakan tak ada ruang, berdalih letih dan hal yang lainnya.
Begitu saja terus menerus tanpa sadar keinginan untuk direngkuh hilang.
Akhirnya daun bertanya ” Inikah disebut hubungan ? “
Apa kabar keutuhan ?
Janji yang mendasari bersama yang disebut pasangan telah dilakukan awal pun berbisik,
” Bila kau hanya berujung ini untuk apa aku ada, kau tak perlu menghadirkan aku cukup saja kau bersama, saat bosan lupakan satu sama lainnya “
Ketika jemu menyapa pertanggungjawabkan rasa yang telah dipilih , daun itu berceloteh.
Waktu itu saat awal memulai apa yang menjadi landasan untuk bersama, apa yang membuat ingin terikat, bukankah keutuhan sebagai insan itu yang diperjuangkan.
Konon katanya berdua lebih baik dari pada sendiri
Bukankah itu bagian penting tentang keutuhan. Kini saat waktu menguji dengan segala tawarannya lupakah ?
Bertanggung jawablah pada rasa awal itu – Sejenak Dialog
Mari lupakan sejenak ada yang tunas yang mungkin telah diberikan, lupakan juga insan-insan menjadi saksi janji saat hati terpaut, cukup lihat diri masing-masing diri, bisikkan dalam relung, jiwa, akal
Apakah aku masih membutuhkannya, apa dia juga membutuhkanku, jawaban apa yang akan diberikan jika nanti perjalanan hidup ini pada pencipta, mampukah bertanggung jawab atas rasa itu ?
Pecahkan Saja – Ketika Jemu Menyapa
Marahlah jika itu diperlukan, mulailah berdialog
Entah itu dimulai dengan manis ataupun durjana, tanpa itu waktu tak akan perduli akan kebosanan yang dilihat, angin akan bersuka saja melihat pasangan yang satu sama lain tak perduli dengan keutuhan.
Pecahkan saja tembok ego itu, retakkan saja hal-hal terselebung satu sama lainnya. Jika memang harus berteriaklah.
Bertengkaran yang melahirkan gairah akan jauh lebih baik dibandingkan diam dalam kebosanan
Temukan keinginan satu sama lainnya, bukankah keutuhan pasangan itu saat kelebihan yang satu melengkapi kekurangan yang lainnya, begitu sebaliknya.
Tak perlu menunggu siapa yang duluan, mulailah dari diri dan jangan pernah katakan letih sudah terus menerus memulai karena tanggung jawab itu tidak mengerti arti letih.
Terima atau Berhentilah
Aku bertahan
Kar’na ku yakin cintaku kepadamu
Sesering kau coba ‘tuk mematikan hatiku
Takkan terjadi, yang aku tahu kau hanya untukku
Lirik lagu aku bertahan Rio Febrian ini mungkin bisa jadi acuan bagaimanapun dia, terima dengan segala keberadaannya.
atau
Berhentilah bersamanya.
Jika kau mampu mempertanggung jawabkan semuanya.
Waktu tidak akan pernah kembali, putuskan yang tepat untuk hari ini dan esok.
Berencana itu hal yang penting tapi jauh lebih berharga hiduplah hari ini
Utuhlah
Segala hal boleh retak, apapun itu tapi hati tetaplah utuh karena dengan itu kau akan menemukan jalannya dan melangkah dengan kuat.
Ketika Jemu Menyapa
tanyakan pada diri, apa bahagia itu terlahir dari diam ?
Bergeraklah dimulai dari berdialog , entah itu dengan manis ataupun durjana.
Raga berdampingan jiwa berjarak. Sedih ya kalau ini menyapa pasangan jiwa, yang pernah berjanji sehidup semati hehehe…Semoga kita semua tidak pernah dilanda kejemuan yang sampai bisa mengalahkan rindu. Karena jika rindu habis, semuanya akan terasa hampa, sedih tak berkesudahan π
Bener mba, amin semoga tetap merindu
duh…. pasti akan terasa sangat senggang ya kalau jiwa yang berjarak. apalagi saat jemu beneran datang. Pasti susah sekali dan akan sangat terlihat. Perlu ada reboot nih… ajakin jalan agak jauh dan agak lama sepertinya
dan jangan lupa ajak kulineran yg dia suka yaa hihihi
Aku jujurnya sering ngerasain jenuh pada suatu hubungan Trutama di masa2 pacaran mba. Rasanya kalo si pacar udah mulai ngelakuin yg itu itu aja, mulai deh aku jenuh dengan dia. Yg ujung2nya berakhir putus dari pihakku. Pernah dpt cowo yg baiiiiik banget, tapi saking baiknya aku ga ngerasa ada tantangan lagi dlm hubungan kami π . Lagi2 putus.
Tapi bersyukur di saat nikah skr, aku udah jarang ngerasain hal begitu. Sesekali jenuh, tapi suami jago mengubah rasa jenuh dengan ngajakin aku traveling misalnya. Dia tau banget hobiku memang jalan π. Jadi perasaan yg tadinya bosen, langsung berubah jadi semangat π
Ahhh beruntungnya dirimu, Selamat yaaa, amin semuanya akan terus begitu yaaa
Jemu memang kerap meninggalkan endapan rasa yang tak biasa.
Ada rasa jemu yang harus dilewati, ada rasa jemu yang harus direlakan dan ada pula rasa jemu yang harus segera diatasi agar tidak berkepanjangan.
Yah, selagi raga ini masih bernyawa..
Rasa jemu pastilah kerap melanda.
Sepakat mba
Semuanya boleh retak asal jangan hati. Wuis, dalam banget ini mbak. Yap, boleh berencana, tetapi tetap sadar kalau yang Maha Menentukan adalah Allah, dan yang paling penting, kita masih hidup sekarang.
Untaian kalimat yang indah dengan makna yang dalam. Saya seperti bisa merabanya, kejemuan itu, tidak lantas membuat kita berdiam, kan? Karena bergerak tentu lebih baik daripada membiarkan diri hanyut dalam lamunan karena kejemuan yang tiba2 menyeruak
Betul sekali, mari berdialog jika ada rasa yg terpendam
Hidup berdampingan jiwa berjarakπ
Karena pergerakan itu yang akan memberi pengetahuan.