12 Hari Isoman,
Persinggahan yang rasanya tidak satupun insan di bumi ini menginginkan. Walau dibilang aku sebagai manusia yang digolongkan tidak bisa diam, namun sejatinya aku menyukai jeda. Menikmati kamar berhari-hari tidaklah hal sulit buatku termasuk sakit.
Tahun 2010 aku pernah mengalami sakit yang mengharuskan staycation di Rumah Sakit, bukan suatu yang rumit juga saat itu, aku tetap menikmatinya dengan tenang.
Kali ini sangat berbeda, rasanya tentang covid19 sudah banyak menjelaskan bagaimana bahayanya, namun memang tidak semua orang yang terpapar mengalami hal berat, tergantung kondisi tubuh masing-masing.
Namun jika insan itu memiliki riwayat sakit, termasuk aku yang punya penyakit asma dan pernah mengalami kepenuhan air diparu-paru, bertemu dengan covid bukanlah suatu yang mudah.
12 Hari Isoman
Hampir semua kawanku tidak menyangka kalau sampai terpapar karena aku termasuk manusia yang sangat ketat dengan prokes, namun manusia selalu memiliki titik lemah atau lengah dan Omicron yang begitu gesit menemukan celah itu maka terjadilah.
Tulisanku sebelumnya sudah sedikit berkisah bagaimana mengalaminya, kali ini aku utarakan lebih detail untuk menjadi catatan khusus langkahku dan barangkali bisa jadi pelajaran bagi pembaca.
Jumat – Sabtu , 28 – 29 Januari 2022 – Penolakan
Sebelum 12 hari isoman, ada masa dua hari bagaimana virus menyerang, berawal Jumat 28 Januari jam 10 malam tubuhku terasa sakit dan perasaan sangat tidak enak, badan pegal-pegal, tidurpun gelisah.
Aku punya janji pulang ke Serpong untuk berenang dengan kakak dan ponakan, sabtu pagi badan terasa enakan aku pulang , berharap dengan makan masakan kakak , soto bening yang nikmat melunasi sakit dibadan.
Sampai dirumah setelah makan soto, badanku terasa mendingan dan enak , tapi aku bilang sama kakak sepertinya berenangnya ditunda ,tidak berani mengambil resiko walau bada terasi enak tapi entah kenapa rasanya itu belum berakhir.
Aku merasa bersalah karena ponakan sudah membeli baju renang baru, tapi bagaimana lagi sepertinya badan masih butuh rehat.
Jam 2 siang badan terasa lemas sekali dan aku tiduran dan sorenya mulai batuk , demam yang lebih membuat berpikir terpapar covid adalah mataku bengkak parah.
Mata adalah indikator tubuhku , jika dalam tubuhku ada yang tidak tepat, seperti obat dosis tinggi ataupun makan yang kurang sehat maka mataku akan bengkak, biasanya dengan susu beruang satu atau dua botol akan menyelesaikan masalah itu.
Tapi saat itu susu beruang tidak mempan dan tetap saja aku berusaha berpikir ini bukan covid , hanya kecapean karena sebulan penuh dengan kegiatan diluar. Menolak keadaan karena cukup khawatir tentang 12 hari isoman.
Minggu, 30 Januari 2022 – Jujur & Menerima
Pagi itu aku menerima informasi kalau kawan kantor terpapar covid, hasil swapnya positif , aku dengan satu kawan lainnya bagaimanapun harus swap untuk mengetahui keadaan kami apakah terpapar atau tidak.
Dengan gejala yang sama tentu saja tanpa di testpun sejatinya kami sudah terpapar, karena kami bertiga kontak erat.
Kembali saja sebagai manusia sebelum test swap harapan untuk hasil negatif tetap ada, namun dalam perjalanan menuju test aku berusaha jujur dengan diri sendiri dan ketika selesai swap aku menerima apapun nanti hasilnya.
Dengan menerima keadaan diri maka akan lebih mudah langkah selanjutnya dan aku memutuskan kembali ke tempat tinggal di setiabudi Jakarta , bersiap dengan kondisi terburuk apabila hasil positif aku sudah bersiap diri dengan segala kebutuhannya.
8.30 malam hasil keluar yang menyatakan aku positif dengan CT 15 dan 12 hari isoman harus aku temui di Wisma Atlet. Esoknya jam 7 pagi aku sudah keluar dari tempat tinggal.
Senin, 31 Januari 2022 – Terima kasih Tubuh
Sebelum dimulai 12 hari Isoman, perjuangan dimulai dengan administrasinya , jam 7 pagi sampai 5 sore tanpa rebahan , tubuh ini sangat mendukung untuk tetap tegak dalam sakit dimana hasil CT saat itu sangatlah rendah dimana aku mendapatkan informasi seorang kawan positif CT 12 sudah menghabiskan 3 tabung oksigen.
Bagaimana aku tidak berterima kasih untuk tubuh yang mau diajak kerjasama, Dia begitu kuat dalam prosesnya.
Segala proses yang lama dan terbilang tidak tertib menambah pengetahuanku bahwa system yang baik sangatlah dibutuhkan untuk mempermudah orang lain.
Selasa – Sabtu, 1 – 5 Februari 2022 – 5 Hari Adaptasi & Ujian
Hari pertama Isoman banyak hal yang aku diskusikan dengan teman-teman diluar, terutama soal minum obat virusnya, dengan segala perjuangannya akhirnya obat yang harus diminum sebelum jam 10 pagi akhirnya aku minum diatas jam 2 siang.
Hari pertama sioman aku isi dengan bolak balik ke pos 4 mengambil kiriman dari kawan-kawan yang memberi perhatiannya , temasuk kebutuhanku untuk 12 hari isoman.
Dihari pertama Isoman Ujian penguasaan diri dimulai dengan kabar buruk dari keluarga inti di Bali.
Selanjutnya selama 3 hari perturut-turut ada rasa takut pada malam, karena hidung tertutup yang hanya bisa bernafas dengan mulut. Latihan untuk bernafas melalui hidung sama sekali tidak bisa dilakukan, virus benar-benar menutup jalur pernafasan melalui hidung.
Jujur saja ini adalah bagian terberat dalam hidupku.
Entah memang imunku membaik atau apapun itu dimalam ke 4 hidungku kembali normal, tapi ujian tambahan tentang rasa dimulai yaitu dengan datang bulan, saat kondisi badan sehat saja biasanya tubuh, rasaku dihajar habis-habisan yang sering kali berakibat aku harus berdiam diri dikasur.
Kali ini dalam kondisi tubuh diserang virus tentu menjadi pekerjaan yang berat buatku.
Dalam 12 hari sioman di hari kelima dilakukan swap yang hasilnya tetap positif tapi ct ku naik menjadi 29.2, syukurku tetap aku naikkan karena ada progress baik.
Pelatihan Penguasaan Diri – Rasa & Mental
12 hari isoman di hari ke enam pengujian itu hadir kembali.
Selama 12 hari isoman hari ke enamlah mulai pelatihan penguasaan diri dimulai lebih tajam, rasa kesal sama keluarga tentang kabar buruk di hari pertama dan rasa sensitif datang bulan mulai menghajar.
Rasa terabaikan , ingin menangis kencangpun aku harus kuasai untuk menahannya, tentang kematianpun mulai mengintip, proses 12 hari isoman mulai terasi berat.
Akhirnya sebuah kebiasaan baik yang telah dilatih , bagaimana berpikir positif, doa, baca , nulis berdampak baik saat pelatihan ini membantuku.
Berdoa, membaca dan menulis tiga pokok kebiasaan baik itu membantuku untuk menguasai rasa dan mental yang entah kenapa merasa dihajar habis-habisan oleh Covid19.
Lima hari terakhir fisik sudah cukup membaik namun menjadi perjuangan lebih adalah bagaimana rasa terabaikan, serangan mental terus menerus aku alami. Puji syukur pada penciptaku selain kebiasaan baik yg sudah terlatih , tambahan dukungan banyak sahabat membuatku mampu melewati pelatihan penguasaan diri rasa dan mental dalam terpapar covid19 ini.
Banyak orang bilang aku terlahir sebagai jiwa pejuang dan bermental kuat , tapi percayalah dari sekian penderitaan yang aku alami dalam hidupku, ini yang paling terhebat.
Kematian bukanlah hal yang menakutkan buatku tapi kali ini itu sebagai momok yang sangat menakutkan, bukan tentang ketidaksiapan tapi ada hal lain yang membuat merasa ini bukan yang sebenarnya.
12 hari Isoman, lima sebelum swap pertama di wisman adalah hari-hari yang terlihat biasa saja bagi pihak yang melihat tapi dalam diriku jujur sebuah perjuangan yang sangat sengit.
Hari ke sepuluh swap dan dimasa menunggu dua hari setelah test, itu adalah menunggu hal yang terberat dalam hidupku , melebihi dari menunggu teman hidup #eh.
Jujur saja rasa takut menghadapi jika masih hasil positif yang aku takutkan bagaimana rasa dan mental itu kembali diserang.
Lulus sebagai S.Cov setelah 12 Hari Isoman
Sabtu, 12 Februari 2022, suasana blue moment pagi aku temui, hal yang langka buatku karena melihat mentari pagi seringnya setelah moment itu aku dapatkan, saat itu seperti menanti pasangan aku bangun dengan bersemangat.
Tepat jam 6.30 pagi aku menerima informasi dari suster bahwa dinyatakan negatif, kontan saja bersukacita dan tidak sabar menunggu pulang, jam 9 pagi surat ijin pulang diterima dan aku meluncur pulang.
Ada rasa bahagia, bersyukur dan berterima kasih untuk semua pihak yang membuatku sembuh, perhatian setiap saat itu yang sejatinya sangat mendukungku sehingga mampu badai besar dalam langkahku.
Terima kasih tertinggi buat diri sendiri karena sudah melewati badai dan tanpa sadar aku langsung memesan bunga untuk diri sendiri, mungkin hal tak biasa tapi ini sungguh membuatku bersemangat.
12 hari isoman
12 hari isoman dan lulus sebagai S.Cov melahirkan satu karakter lebih dalamku tentang
Karakter yang baik dimulai dari penghancuran
12 hari isoman adalah sebuah penghancuran diriku , pelatihan bagaimana rasa dan mental mampu dikuasai yang sangat yakin pada kemudian hari akan menjadi sesuatu berarti.
Jadi mata bengkak dan merah salah satu indikator terpapar Omicron ya Mbak? Noted. Membaca kisah dirimu dalam 12 hari Isoman, bohong ya jika ada yang mengatakan bahwa omicron itu gejalanya seperti flu biasa. Itu sih bukan flu ya Mbak kalau rasa sakit bisa menghantam seluruh tubuh. Dan ya, aku setuju bahwa terkena Covid mental juga terkena serangan karena kita pasti diliputi rasa takut. Alhamdulillah sekarang sudah pulih Mbak..
Iya Mba Evi, sehat-sehat yaa kita dan bisa melalui masa ini dengan baik
Senang sekali akhirnya bisa melewati ini semua, bukan perkara mudah untuk bisa membuat diri tetap tenang menghadapi penyakit ini. Tetep sehat ya kak, jangan lupa prokesnya ditambah lagi. Pengalaman dari beberapa temenku, malahan tertular dari orang dekat.
Iya dan sekarang jauh lebih berhati2.Terima kasih yaa
Hihihi S.Cov. akupun lulusannya kak. Setelah 2x vaksin yg katanya lebih ampuh itu ttp aja kena. Alhamdulillah kita bisa melewatinya ya kak. Tetap semangaaat..
amiiin , cukup sekali aja yaa , semangat kitaa
Alhamdulillah jika sudah pulih seperti sedia kala aku terharu bacanya apalagi sampai liat karangan bunga utk hadiah diri sendiri, wanita bermental baja! salute
ah mba April saya jadi tersanjung, terima kasih yaa
Syukurlah udah sembuh mbaaaa. Aku sendiri selalu agak takut tiap kali denger ada saudara atau keluarga atau teman yg terpapar, apalagi Krn mamaku meninggal Krn COVID juga. Jadi kayak takuuut aja tiap dpt kabar ada yg kena.
Semoga aja kedepannya virus ini bisa semakin melemah yaaa, dan berubah JD endemi. Sehat2 untuk kita semua… 🤗❤️
Bulan lalu, kami sekeluarga juga kena mana aku belum vaksin jadinya deg degan Alhamdulillah gejalanya tidak berat namun cukup bikin tepar.. semoga sehat semuanya ya..
amin ya Tuhan
Amin yaa Tuhan
iya mba gejalanya macam2 yaa … temanku malah seharian katanya lemas terus… pokoknya kudu aware ya mba … terumakasih infonya ya
Bener2 kudu perhatian sama tubuh sekarang, lebih maksudnya, kalau sebelum2nya berasa bebas aja sesuka hati hehehe
Sehat-sehat selalu, kak Nik.
Akupun sebenarnya kemarin demam dan indikasinya sungguh gak bisa ditebak karena setiap hari ganti keluhan.
Dan aku gak berani SWAB. Jadilah dirawat sendiri di rumah dengan sebaik-baiknya dan jadi males makan nasi, aja.
Huhuu..minum vitamin, minum juz, makan mashed potato, pokonya jangan nasi.
Alhamdulillah,
Badan perlahan jadi fit kembali dan sampai sekarang masih juga ada gatal-gatal kaya biduran gitu rasanya…
Ya ampun, semoga segera pulih yaaa, tetap jaga hati senang yaa karena itu obat paling manjur
Aku juga sempat isoman karena kontak ama alm papaku dan diam aja di rumah itu banyak memberi arti, walau kadang bosan yaaa 🙁
Iya mba,semangatlah kita terus untuk hari kemudian.