Mencintai dengan melepaskan,
Lepaskanlah,
Itu ungkapanku pada setiap orang yang datang padaku ketika persoalan hubungan yang tidak menghidupkan, mencintai dengan melepaskan bukti sebuah cinta.
Bersama tidak selalu mencintai begitupun sebaliknya, cinta soal memberi kehidupan karena tanpa itu cinta menjadi semu
Soal hubungan aku selalu bertolak ukur dengan menghidupkan. Tidak selalu dengan pasangan, dalam pekerjaan, teman sahabat juga termasuk didalamnya.
Ragam Rasa Agustus 2020
Seperti ragam sayur mayur dan berbagai bumbu yang ada , seperti itulah kurasa Agustus 2020.
Ada kesukacitaan yang hadir dimana project hidup berkehidupan sudah dimulai, yang sudah ditunggu – tunggu di bulan-bulan sebelumnya.
Pertemuan – pertemuan lahir dengan kisah ulang tahun didalamnya, keceriaan bulan Agustus disetiap tahunnya.
Tapi,
Entah memang karena masa pandemi belum lewat atau memang keadaan semakin rumit, jujur saja buatku Agustus 2020 rasa yang tertinggal adalah rasa tawar.
Dimulai dengan kepastian dalam persoalan pribadi dimana rasa itu sedikit ada harapan namun kabar yang tersiar di Agustus itu menjelaskan sudah waktunya untuk melepaskan sebuah harapan.
Berlanjut dengan kepastian salah satu ocean story bagaimana dia terlepaskan dari suatu hubungan yang sejatinya sudah menuju kelangkah pernikahan.
Tidak sampai disana ocean story lainnya sebuah komunikasi antara pasangan suami istri yang tak sejalan.
Semakin tawar ketika cerita lainnya ketidakpastian lahir ketika hubungan sudah bertahun tanpa ada langkah yang jelas sedangkan waktu tidak menunggu soal produktifas umur.
Semuanya mengarahkan mereka pada memberi ruang. Mencintai dengan melepaskan.
Memberi Ruang – Mencintai dengan melepaskan
Perjalanan waktu melukis tentang penerimaan Ocean Story aku salalu memberi saran bila memutuskan tidak dalam situasi dalam emosi.
Artinya tidak dalam waktu kejadian saat apa yang tidak sesuai yang dialami. Beri ruang karena saat itulah waktu memurnikannya.
Tidak selalu apa yang dirasa tidak menghidupkan itu karena persoalan tidak sesuai akan tetapi bila dicerna dan dipahami lagi sejatinya itu salah satu cara untuk melangkah.
Mari sedikit melihat, berapa sering kita terjebak dalam kenyamanan yang semu, seperti ketika waktu sudah memberi banyak hal yang manis dan ketika dituntut untuk melangkah kita cenderung untuk diam dan tidak berani melakukannya.
Kenapa ?
Aku melihat karena tidak berani mengambil resiko.
Dituntut untuk komunikasipun kadang tidak mampu, memilih diam karena dengan mencari rasa aman.
Siapa yang bisa memahami arti sejatinya diam ?
Bila hal itu aku lihat dalam suatu hubungan maka jalan yang aku arahkan adalah beri ruang. Biarkan dia dengan dunianya, bila perlu tahan diri untuk mencari.
Namun tetap karena waktu tidak menunggu tentu ada batas. Beri itu. Tentukan waktu sampai kapan memberi ruang dan selanjutnya bila tak ada keputusan apapun dalam langkah, suka tidak suka putuskan sendiri.
Perjuangkan atau Lepaskanlah
Berjuang adalah satu karakterku dimasa lalu, saat itu bila mesti dimiliki aku pasti berjuang mendapatkannya , sesulit apapun.
Tapi seiring waktu berjalan ada banyak hal dipahami bila memang menjadi hak atau milik dia akan datang pada waktunya.
Bukan berarti aku tidak berjuang saat ini , tentu tetap menjadi karakter kuatku namun saat ini aku lebih memahami arti memberi ruang dan sebuah milik.
Iya,
Tidak selalu apa yang kita miliki sejatinya itu hak.
Bila hak dia akan tetap ada sampai terlepas tanpa harus merasakan pahit. Karena itu yang diperlukan adalah bagaimana mengerti waktu, dimana saat harus memperjuangkan atau saat harus melepaskan.
Memperjuangkan ketika rasa yang ada dalam relung terbersit kedamaian dan terlahir untuk memberi kehidupan pada pihak lain.
Begitu juga sebaliknya bila harus melepaskan saat sesuatu yang ada dalam genggaman sudah tidak memberi kehidupan.
Kehidupan disini lebih satu sama lainnya memberi rasa manis dan ada gairah serta semangat dalam setiap langkah yang ditempuh.
Bukan melahirkan kepahitan, kesakitan dan lebih cenderung mematikan rasa. Bukankah keberadaan cinta itu semestinya menghidupkan ?
Berkehidupanlah – mencintai dengan melepaskan
Bukanlah suatu kebetulan jika bersama atau tidaklah menjadi aib atau petaka bila terlepaskan.
Percayalah,
Dipertahankan tanpa kehidupan sejatinya hanya menyakiti satu sama lainnya. Tidak ada yang lebih tersakiti , buatku sama saja.
Karena sakit itu sejalan rasa mencintai.
Tentu,
Suatu kebohongan belaka bila sesuatu yang selama ini terasa ada berakhir tiada tetap merasa baik saja. Tidak. Rasa sakit pasti lahir namun sakit itu akan sembuh pada waktunya.
Bila sudah memperjuangkan dan memberi ruang untuk berpikir dan waktu tetap mengarahkan untuk lepaskan ya lepaskanlah.
Berilah kehidupan satu sama lainnya karena waktu tidak pernah menunggu sedetikpun.
Berkehidupanlah, mencintai dengan melepaskan.
Layaknya siang melepaskan dirinya untuk memberi kehidupan pada senja.
Mba nik….. Makasih tulisanya “mencintai dengan melepaskan”
❤️❤️❤️?
Sama2 Yekti, semoga kita tetap mencintai walau ada ataupun tidak.