Langkahku Teh

Nikmatnya Surabi, Teh & Hujan – Penutup Perkenalan dengan Bantar Gebang.

Nikmatnya surabi teh hujan, penutup hari dimana pertama kalinya bertemu dengan Bantar Gebang.

” Kak, pulang yuk,….”

Begitu kalimat yang keluar dari Sastra, sahabat yang sudah aku anggap adik , yang telah mengorbankan waktunya untuk menemaniku ke suatu tempat tidaklah mudah di jangkau.

Kalimat itu terlontar belum lama kami menginjakkan kaki di sekolah dimana tujuan kami datang Bantar Gebang.

Bantar Gebang mengusikku saat membaca buku karya Dee Lestari yang berjudul Aroma Karsa.

Bertemu Bantar Gebang diakhir dengan Nikmatnya Surabi – Teh – Hujan

Nama tempat itu bukan pertama kali aku tahu , sudah kuketahui tempat itu bagaimana dan seperti apanya, hanya saja tulisan Dee membuatku melangkah memaksaku menemuinya.

Ternyata tidak mudah bertemunya,

” Kak, Kenapa memilih Bantar Gebang …..”

Pertanyaan itu ku dengar saat menebus kemacetan dan panasnya perjalanan menuju Bantar Gebang.

Sastra, entah karena lelahnya dia menyetir dengan ditemani macet dan panas atau memang pertanyaan itu mengusik dalam benaknya, dari sekian tempat yang bisa dituju kenapa Bantar Gebang menjadi pilihan.

Karena tempat itu menjadi akhir perjalanan dari seluruh sampah yang ada di Jakarta dan sekitarnya.

Begitu jawabku, dari sekian pilihan yang ada aku memilihnya.

6.500 ton sampah tiap harinya berujung disana. terbayang tempat itu , tempat pembuangan.

Pembuangan.

Kata yang tidak banyak orang suka, bisa jadi menghindarinya.

Tapi aku sangat tergoda dengan itu.

” Pembuangan itu memang sangat tidak menarik tapi tanpa disadari tempat yang terlihat kumuh itu adalah tempatnya suatu proses sebuah pemurnian banyak hal “

10 November 2018

Aroma Karsa memang menjadi titik awal bagaimana aku ingin bertemu tempat itu dan program IDC Community di akhir tahun menjadi saranaku tuk bisa mengenalnya.

Sabtu kemarin, bersama Satra menembus perjalanan yang dibilang melelahkan bertemu dengan Bantar Gebang.

Dimana aku memilih menjadikan tempat bakti sosial sebagai penutup tahun perkumpulan kami.

Pertemuan pertama kemarin adalah dimana untuk lebih tahu keadaaan tempat itu,  bertemu dengan kepala sekolah untuk mengetahui apa saya ketentuan untuk bisa melakukan kegiatan di tempat itu.

Perjalanan

10.30 am perjalanan itu dimulai, dengan berbekalnya ketidaktahuan tempat itu yang berujung sahabatnya Sastra menjelaskan rutenya.

Sebelum berangkat Sastra sempat menawarkan untuk membeli Surabi untuk bekal dalam perjalanan , namun karena satu lain hal, niat itu tak kesampaikan.

Mungkin dibilang bosan dalam perjalanan kami karena panas dan macetnya bersuka hati menemani kami dalam perjalanan.

Rute yang kami dapatkan tidaklah sampai tujuan dan beruntung rekan kerjaku yang aku sudah angap adik juga , Kus menuntun kami hingga sampai tujuan.

Sekolahnya cukuplah bersih dan terlihat baru dibangun namun sayang bangku kursi belum menghiasi ruangan kelas dan depan sekolah terlihat kumuh.

Setelah melihat situasi dan pertemuan dengan kepala sekolah berjalan lancar, semua kebutuhan dan ketentuan sudah didapatkan, akhirnya kami mengundurkan diri untuk pamit pulang.

Setelah dari sekolah itu aku dan Sastra mampir sebentar kerumah Kus , hingga pertanyaaan Sastra untuk mengajak pulang terlontar.

Mungkin lelah menyetir atau melihat keadaan disana yang membuat hatinya getir pertanyaan itu terlontar, entahlah.

Sedangkan aku dengan binar wajahku, kusembunyikan hati antara kagum dan pedih bagaimana dengan keadaan disana mereka tetap berbahagia.

Disela dengan Bakso , Kelapa Muda sebelum nikmatnya surabi teh hujan menjadi akhir.

Perjalanan pulang sama dengan ketika perginya, bahkan panasnya makin terik dan hati tergores dengan keadaan yang ditemui, lelah itu menyapa.

Hingga terlontarlah ” dik, kita cari makan apalah gitu buat istirahat sebentar “

” Oke Kak, kita cari Bakso dan es kelapa muda ya..” aku menyambutnya dengan kata okelah.

Hingga disaat macet makin menjadi, Sastra membelokkan mobilnya ke warung pinggir jalan dan Bakso, gorengan serta es kelapa muda menemani sejenak rehat kami.

… Berakhir dengan nikmatnya Surabi  Teh Hujan

Setelah menembus perjalanan dalam lelahnya, nikmatnya surabi yang ditawarkan oleh Sastra awal perjalanan mengusikku. Aku meminta Sastra untuk membeli Surabi dulu sebelum kembali ke rumah.

Sampai ditempat Surabi setelah memesan ,terdengar bunyi,,,

brrrrrrrr

Aku menoleh keluar dan hujan menyapa kami.

bertepatan dengan itu surabi datang dengan di temani teh.

Hangat, ku sentuh teh itu, keteguk sebelum menyentuh surabinya.

ah….

Meneguk hangatnya teh disaat hujan entah kenapa segala lelah yang hadir tadi langsung hilang.

Kusentuh surabi itu dengan sendok dan menuangkan ke mulut, mmm enak sekali.

Perut yang masih kenyang karena Bakso tetap enak surabi itu aku rasakan , lembut dan kuahnya nikmat sekali.

Penutup yang manis ya dik,

Begitu ucapku saat itu, setelah melewati hari yang melelahkan Tuhan begitu baik memberikan kenikmatan , menghapus lelah yang ada.

Tepat jam 16.45 Wib,

Nikmatnya surabi, teh , hujan menjadi penutup sangat manis dari pertemuan Bantar Gebang untuk pertama kalinya.

Terima kasih

11.11 ( Sebelas November ) kata orang ini paduan angka baik , manis .

Pagi tadi saat bangun entah kenapa ingin sekali mengabadikan kisah kemarin, tepatnya 10 November dimana hari pahlawan.  Ingin berterima kasih pada pahlawanku dihari itu.

Bisa jadi berlebihan buat orang untuk hal ini , namun buatku sungguh sesuatu yang berarti.

Melihat kembali hari kemarin, aku merasa Sastra dan Kus menjadi pahlawanku khususnya kemarin.

Terima kasih ya adik-adikku,

Sastra, dengan sibuknya mengurus orderan Jamu , bisnismu dan lelahnya menembus macet , panas dan menyediakan waktu seharian, mau berkorban untuk kebaikan orang lain.

Kus, karena menemaniku kau harus berangkat lebih subuh untuk melihat tempat dimana acara team kantor kita melakukan acara, dan saat melihat tempatmu betapa aku begitu egoisnya sering menuntut banyak dalam kehadiranmu.

Tempatmu jauh dan kau pulang pergi kekantor dan dengan riangnya menghadapi orang-orang kantor yang kau tahu begitu banyak karakternya.

Terima kasih sudah menjadi pribadi yang luar biasa, dan aku bersyukur bisa mengenal kalian.

Semoga langkah kita kedepan bisa menjadi terang bagi orang-orang yang membutuhkan.

Bantar Gebang

 

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.