Kisah manis Gunung Galunggung Tasikmalaya saat pertama kali berjumpa. Kisahnya membuatku semakin mengerti betapa semesta banyak memberi arti saat bertemu dengan alam.
Mengenal lebih dekat Tasikmalaya awal kisahku bertemu Gunung Galunggung, dimana di kota itu ada salah satu sahabat IDC menambah kuat keinginan menjelajahi Tasikmalaya.
Saat ini tak kuceritakan bagaimana aku menuju kesana dan bagaimana kisah detailnya berjumpa Tasikmalaya. Lain waktu hal itu pasti akan kubagi.
Menjadi catatan pentingku berjumpa Tasikmalaya adalah bagaimana aku berjumpa dengan menemukan kisah manis tentang Matahari, Awan dan Kabut di Gunung Galunggung.
Agungnya Semesta – Kisah Manis Gunung Galunggung Tasikmalaya
Berjumpa Gunung Galunggung Tasikmalaya menoreh kisah khusus buatku, dimana saat itu cuaca menggodaku untuk lebih sungguh meminta belas kasihan pencipta supaya di beri waktu menikmati Gunung Galunggung Tasikmalaya dengan baik.
Bagaimana tidak,
Turun dari mobil rintik hujan sudah menyapa kami , melihat ketinggian gunung galunggung dengan tangga kuningnya membuat diri makin berharap besar pada semesta memberi sedikit hangatnya.
Jujur saja perjalanan dengan naik kereta api kelas ekonomi sepanjang kurang lebih delapan jam letih sudah bersamaku. Bersamaan dengan itu akupun mengalami kejadian kurang baik saat belajar berkuda, membuatku benar-benar berjuang menapaki tangga demi tangga.
Sungguh semesta menyayangi kami. Saat langkah tidak terlalu panjang rintik diganti dengan mentari yang hangat. Hingga kami bisa menikmati perjalanan naik tangga dengan manisnya.
Seperti biasa selalu saja ada topik menarik yang bisa di bahas, filosofi tentang semesta menjadi utama dalam pembahasan. Saat berjumpa pos pertama kami sempat duduk manis di tangga melihat Agungnya semesta menyapa dengan hangatnya.
Nyanyian merdu para sahabat IDC pun keluar mengungkapkan betapa indahnya semesta. Selain itu aku menikmati Indahnya bunga-bunga bertebaran di antara ilalang dan rumput liar.
Cantik,
Walau berada di tengah-tengah liarnya rumput dan ilalang. Tetap Indah sesuai perannya.
Agungnya peran Matahari Awan dan kabut saat itu
Entah memang karena mendung atau hal yang lain, Gunung Galunggung kala itu tidaklah terlalu ramai, menyenangkan buat kami karena kami bisa menikmati lebih leluasa.
Sampai di puncak, hati ini begitu terpesona. Seperti biasa saat perjumpa dengan alam aku seperti di beri energi yang sangat besar. Menatap kawah dengan lukisan bukit-bukit yang indah menyihirku tuk memandang tanpa kedip.
Belum lama diri menikmati pesona Gunung Galunggung,kabut dengan rintik hujan menyapa dan kamipun berteduh diwarung . Walau rintik menyapa haus dalam diri sudah menggoda karena letih menapaki tangga yang terbilang banyak nan tinggi.
Es teh manis.
Memuaskan dahaga kami.
Sepertinya memang semesta begitu mengasihi kami, selesai memuaskan dahaga, rintik hujan dengan kabutnya hilang dengan digantikan senyum matahari yang begitu manis.
Kamipun lanjut melihat sisi lain Gunung Galunggung.
Kabut memberi ruang tunggu
Perkara kehadiran kabut memberi arti khusus padaku, saat kehadirannya tak bisa melihat , dia menutupi pesona alam seindah apapun.
Kala itu terjadi,
Maka diri diberi ruang tuk menunggu, diberi kesempatan tuk rehat dan menikmati percakapan dengan sahabat yang lain , karena jujur saja ketika kabut tak datang saat itu diri lebih cenderung menikmati alam dan kadang melupakan orang-orang yang bersama datang ditempat itu.
Selain itu Kabut memberiku arti tuk lebih melihat bagaimana semesta berkehendak, jika memang tidak hakku melihat lebih maka dia hadirkan kabut, menutupi yang tak perlu aku lihat.
Begitu juga hidup, saat sesuatu yang bukan jadi hak akan datang saja hal-hal yang menghalangi.
Awan Melindungi, Matahari menyinari.
Setelah kabut, aku melihat hal yang sangat menarik tentang awan saat itu. Lihat saja fotoku ini.
Moment ini yang paling menoreh kisah manis berjumpa gunung Galunggung saat itu.
Kala kanan kiri kabut menyapa , diatas kami menari awan dengan indahnya dan berlatarkan matahari tertawa senang dengan sinarnya.
Kala diri merenung ada hal yang sangat menarik ……
Begitu berbaik hatinya semesta memberi kami awan khusus di atas kami , melindungi kami dari teriknya matahari dan matahari tetap ada namun hadir dibelakang kami , memberi sinar hingga kami melihat betapa Agungnya semesta dalam lukisan alam Gunung galunggung.
Seperti itulah kadang hidup,
Kala awan hadir dalam hidup bukan tentang gelapnya hidup tapi bagaimana dia hadir tuk memberi perlindungan tuk hal-hal yang kita tidak tahu seperti apa bahayanya silau atau gemerlapnya dunia memberi.
Memang butuh kesiapan hati yang iklas tuk melihat itu.
Tak selamanya Matahari itu memberi terang yang baik, bisa jadi saat sinar itu hadir bukan kehangatan yang didapat tapi panas yang bisa mencelakakan diri.
Seperti halnya yang terlihat Indah atau menyenangkan bisa jadi saat diberi kita sendiri belum sanggup menerima hingga membahayakan diri sendiri.
Akupun kembali bersyukur diingatkan hal itu, bahwa tidak selamanya hal yang terang itu baik.
Menari bersama Awan dan kabut
Akhirnya aku melihat betapa Gunung Galunggung memberi kisah begitu manis saat berjumpa dengannya. Jiwa semakin kuat dan hati semakin penuh sukacita.
Akupun menari bersuka bersama Awan yang melindungi dan kabut yang meneduhkan.
Bersamanya diri makin mengerti bahwa ada hal yang tak perlu dinikmati walau hati menginginkan. Karena jika dinikmati belum tentu memberi hal yang baik.
Kadang sulit tapi seperti itulah seharusnya , harus menerima hal-hal yang tidak sesuai.
Semua sudah diatur sesuai kehendakNYA dan itu selalu baik.
Seperti bunga yang cantik dalam ilalang , bisa jadi jika ditanya dia tak ingin hadir disana karena disekelilingnya banyak ilalang yang liar. Namun dia tetap ada sesuai ketentuan dan tetap Indah dipandang sesuai perannya.
Bunga memberi Keindahan.
Semua indah pada waktu dan tempatnya yach Nik. Terima kasih sudah diingatkan 🙂
Terima kasih juga sudah komen yaa.
Manis sekali tulisan ini. Menikmati tiap rangkaian katanya