Melajang bukan pilihan seperti bintang tanpa malam. Sekalipun single seperti matahari juga bukanlah “kejahatan”.
Kata itu terucap ketika tulisan tentang melajang a.k.a being single seperti matahari paling banyak dilihat diblogku. Setiap hari selalu saja ada yang melihat dan urutannya paling atas. Hal itu membuat aku berpikir apakah memang perempuan sekarang lebih nyaman sendiri.
Bahkan ketika saat aku membaca satu artikel tentang melajang, pikiranku melayang memikirkan:
Bintang tanpa malam.
Tentang mandiri, melengkapi atau mungkin ego.
Jujur saja,
Waktu kecil jika ditanya orang tentang mimpiku di waktu dewasa adalah salah satunya menjadi istri yang baik dan ibu yang dibanggakan. Tentu dengan itu sudah jelas, bagiku melajang bukanlah pilihan. Sekalipun…
Single seperti matahari masih aku butuhkan – melakukan apapun sebebas hatiku ini. Namun, suatu saat, aku kan kembali pada apa yang menjadi tujuan hidup seorang wanita.
Bintang tanpa Malam, Taman yang Indah.
Melajang bukan pilihan karena memang sejatinya manusia diciptakan saling melengkapi untuk bisa berbuat hal-hal yang lebih besar. Sepertinya halnya bintang, sebanyak apapun di langit, tak akan bisa bercahaya tanpa hadirnya cahaya malam.
Seperti itulah manusia, mungkin saja sendiri bisa melakukan hal-hal yang baik , namun jika dilakukan dengan pasangan akan menghasilkan hal baik jauh lebih besar.
Namun memang,
Tak ada hasil yang besar tanpa pengorbanan, tanpa penyesuaian, tanpa proses.
Sama seperti sebuah taman. Ada Pohon, rumput, bunga dan lainnya. Perlu usaha untuk bisa tetap tumbuh sehat serta indah, adakalanya ilalang yang harus di cabut, adakalanya disiram.
Hingga tetap Indah walau waktu sering hadir.
Buatku,
Seperti itulah arti pasangan, melengkapi dan butuh proses menuju yang Indah.
Melajang Bukan Pilihan – Lalu, Kenapa Masih Single?
Walau aku selalu belajar melihat sesuatu dari sisi yang baik, seperti saat menulis single seperti matahari, pertanyaan “kenapa masih sendiri” sering terlintas.
Mungkin jenuh sedang rindu padaku…
Hal membuat aku berpikir dan melihat dalam diri, mungkin saja ada hal yang kurang tepat yang telah aku jalani sehingga kesendirian masih senang bersamaku.
Bisa jadi memang terlalu mandiri , sebagian besar hal yang terjadi dalam langkah bisa diatasi sendiri, atau mungkin ego bertuan dalam diri.
Kenapa Ego?
Pernah suatu ketika saat menikmati teh bersama sahabat, perbincangan tentang hubungan menjadi topik. Saat itu sempat terlontar entah siapa yang memulai, bahwa jika seseorang masih sendiri bisa jadi memang orang itu,
tidak mau menerima kekurangan orang lain.
atau tidak mau diusik hal-hal yang menyenangkan diri, tak mau menyesuaikan.
Sebuah hubungan adalah sebuah proses menyempurnakan karakter sesuai kehendak pencipta.
Mungkin itu yang disebut dengan saling melengkapi.
Begitulah kira-kira isi dari berbincangan saat itu.
Hingga setelah melihat ke dalam diri, tentang ego aku bisa melewati terbukti mampu menjalin hubungan selama tujuh tahun dan berakhirnya hubungan kami dilakukan secara baik-baik.
Bahkan saat berpisah denganya ego sedang pergi berkelana jauh.
Yang ada dalam benak saat itu, berpisah untuk kebaikan bersama.
Aku Sedang Dipersiapkan Menjadi Sepadan Hingga Melajang Bukan Pilihan…
Akhirnya, aku menemukan satu alasan kenapa kesendirian masih bersuka hati menemaniku. Walau aku sering mengusirnya dengan berusaha berbuka diri untuk menerima orang yang sejatinya bukan menjadi kehendak.
Belajar lebih menerima bahwa masih sendiri karena memang sedang dipersiapkan menjadi sepadan.
Sepadan dalam berpikir dan bertindak, karena buatku sebuah hubungan pada akhirnya bagaimana membuat satu sama lainnya menjadi lebih baik.
Berpikir tentang kehidupan lebih baik untuk banyak pihak, bertindak untuk kebaikan bersama dan itulah yang membuat satu sama lainnya menjadi lebih baik.
Bukankah kasih sayang semestinya berbuahkan hal-hal baik ?
Dengan hal itu ada banyak mungkin yang dilihat oleh penentu kehidupan aku belum bisa disebut sepadan dengan orang yang telah dipersiapkan.
Akhirnya memang semua tentang pilihan. Melajang bukan pilihan bagiku, bisa saja merupakan pilihan bagimu.
Boleh saja sendiri seperti Matahari, atau berpasangan seperti bintang dengan malam,
dan
Aku memilih untuk berpasangan, meminta kompas kehidupan bersama takdir untuk melangkah menemukan yang sepadan.
Lebih baik melajang tapi bahagia, daripada punya pasangan tapi tersakiti ???
Hihi semua punya resiko seh
Mba Niik aku pernah kepikiran tentang itu semua selain yg menjalin hubungan 7 tahun ya karena belum pernah menjalani yang selama itu. Tapi beneran kalau udah waktunya akan nemu sendiri tanpa berusaha terlalu keras. Kadang yg aku usahain belum tentu menghasilkan malah, karena memang mungkin bukan kehendakNya ya. Semoga dimudahkan dan dilancarkan jalanmu Mba. Love you 🙂
Wuaaah makasi Nia, begitulah . love you too Nia.
“Sepadan dalam berpikir dan bertindak, karena buatku sebuah hubungan pada akhirnya bagaimana membuat satu sama lainnya menjadi lebih baik.
Berpikir tentang kehidupan lebih baik untuk banyak pihak, bertindak untuk kebaikan bersama dan itulah yang membuat satu sama lainnya menjadi lebih baik.
Bukankah kasih sayang semestinya berbuahkan hal-hal baik ?”
Setuju banget. Dan bila saat Nya tiba buat kita, maka yang sepadan itu pasti dipertemukan ?
Iyess, selamat berproses bertemu yang sepadan.