#Hidup Berkehidupan

Karena Hidup Tak Hanya Tentang Saya

Prasangka baik cahaya dalam gelap – Kisah Transportasi umum – Tentang keadilan hidup – 2025

Bagikan

Prasangka baik cahaya dalam gelap, kisah perjalanan dengan transportasi umum belasan tahun lalu, melihat bukti keadilan hidup.

Tapi menurutku Tuhan itu baik
Tapi menurutku Tuhan itu baik
Merangkai ceritaku sehebat ini

Senandung merdu dengan lyric mendalam lagu Feby Putri dalam USIK, membuyarkan lamunanku melihat masa lalu, ketika bergelut dengan waktu saat memakai transport umum. Tujuh hari setiap minggu bangun jam 5 pagi dan tidur diatas jam 11 malam bahkan kadang jam 1 pagi, tiada keluh, semua dijalani dengan riang.

Seperti kuda yang tak lelah berpacu, begitulah diri terus berlari mengejar kecukupan hidup. Kereta api menjadi sarana utamaku pada waktu itu, kisahnya sudah pernah tertulis di sini Kereta Serpong dalam kenangan – Cerita Jejak Sukacita – 2019

Kali ini akan berbagi kisah transportasi umum dengan sarana lain dan melihat satu makna, prasangka baik cahaya dalam gelap, tentang keadilan hidup.

Omprengan

prasangka baik cahaya dalam gelap
prasangka baik cahaya dalam gelap

Katakanlah lima tahun belakangan ini Jakarta dan sekitarnya sudah molek dengan transportasi umum yang jauh lebih baik, kala itu puluhan tahun lalu ada masa dimana orang-orang memanfaatkan transport yang disebut omprengan.

 istilah untuk jenis angkutan pribadi yang digunakan untuk mengangkut penumpang ke tujuan tertentu, biasanya di sekitar Jakarta, yang muncul secara informal dan tidak terstruktur. ( AI Overview)

Begitu kurang lebih detail penjelasan tentang omprengan, barangkali pembaca terutama generasi Z mungkin kurang paham dengan istilah transport umum yang khusus ini.

11 Malam di jalan Harmoni Jakarta pusat, aku berdiri sendiri menunggu omprengan, karena waktu sudah larut menunggu omprengan perlu kesabaran lebih. Saat itu usiaku belum genap 25 tahun, entah kenapa tidak ada pikiran takut.

“Neng, mau arah mana?” tiba-tiba avansa hitam itu sudah berhenti dihadapanku dengan jendela terbuka, pengendara itu bertanya.

“Kebon nanas Tangerang pak, arah kesanakah?, tanyaku.

“Oh masuk neng, saya memang arah kesana” Jawabnya dan aku langsung riang masuk ke mobil itu.

Sopir itu memintaku duduk didepan dan tanpa berpikir aneh, aku duduk dengan senang karena bisa mendapatkan omprengan. Bagaimanapun waktu semakin larut tidak baik berdiri sendiri ditepi jalan seorang diri.

Prasangka baik cahaya dalam gelap, begitulah aku melihat peristiwa itu. Selalu berprasangka baik atas keadaan.

“Neng, nanti di kebon jeruk tidak perlu ambil penumpang lagi ya?, begitu sopir itu berkata.

Kontan saja wajahku memandang dia dengan seksama, dan pengendara itu melihatku dengan senyum manisnya.
Duh, begitu logika mengetuk. Wajah ini cakep juga dan senyuman itu membuat aku jadi mikir kenapa dia ga mau ambil penumpang lagi.

Sepertinya orang itu sadar kalau ada terselip khawatir padaku.

Dia menjelaskan kalau lagi pengen ngobrol denganku saja dan lagi-lagi prasangka baik itu ada dalamku, khawatir itu memang terselip sejenak tapi langsung hilang ketika penjelasan dan sikap sopan ada pada pengendara omprengan itu.

Cakep, sopan dan aku melihat sepertinya seorang Eksekutif muda. Memang pada era itu banyak pengendara menjadikan mobilnya omprengan untuk meringankan biaya tol dan bensin. Tidak jarang mobil yang dipakai tergolong bagus.

Malam itu avanza hitam yang aku tumpangi masih terlihat baru dan interiornya begitu apik. Setelah bergelut dengan kerjaan yang begitu menumpuk siang hari, mendapatkan transport nyaman rasanya seperti menenguk air saat haus.

Malam itu obrolan semakin hangat, aku menjawab tanpa ada prasangka apaun setiap pertanyaan. Banyak bertanya seputar pribadiku dan aku sendiri menjawab yang seperlunya sambil tersenyum manis, berusaha membuat dia tidak tersinggung.

Mendekati tujuan dia minta no telponku dan aku tolak, begitu juga dengan sopannya dia minta ijin mengantarku sampai rumah, akupun tolak. Akhirnya dia meninggalkan kartu nama.

Sampai ditujuan aku membayar sesuai tarif omprengan waktu itu, tapi dia menolak dengan senyum. Anggap aja ini hadiah perkenalan katanya.

Aku sedikit memaksa tapi dia mengembalikan dan minta aku turun, Setelah turun aku bengong. Orang itu kenapa ya?

Jujur saja,
Aku termasuk orang yang tidak terlalu suka dengan soal asmara sampai umur 29 tahun. Tidak mengerti kalau seseorang ada berusaha mendekati. Boleh dibilang panah asmara itu telat menghampiri. Terbukti kartu nama dengan tertera no telpon dia tak pernah sekalipun aku gunakan. Herannya setelah itu masih sering naik omprengan tidak pernah ketemu lagi dengan orang itu.

Kuayunkan kaki ini melangkah, menapaki jembatan penyebrangan kebon nanas, dengan tanpa berpikir lebih kenapa ada orang bersikap seperti itu padaku. Hanya berterima kasih pada Tuhan karena kemudahan dan mendapatkan sopir yang baik. Lanjut menunggu angkot yang beroperasi 24 jam. Tidak lama mengunggu angkot itupun hadir dan hanya ada beberapa penumpang.

Aku naik dan duduk dipojokan memeluk tas dan tertidur. Kebon nanas ke Serpong jaraknya cukup jauh, bisa memberi ruang untukku melepas lelah dan tertidur dalam angkot.

Prasangka baik cahaya dalam gelap, kalimat itu tepat sekali karena bisa membuatku tidak takut dan bisa tidur dimanapun

Cuaca – Kemudahan – Tempat duduk

Hujan di jam 4 sore itu suatu ketakutan buat kami yang memakai kendaraan umum untuk pulang dari kantor. Berjibaku dengan hujan dan penumpang yang padat itu seperti menambah pekerjaan setengah hari dikantor.

Lelah.

“Tenang aja, entah jam 5 hujan berhenti.” Begitu celotehku pada kawan yang barengan naik angkot dan kereta pulang ke Serpong.

Begitulah, aku bukan cenayang tapi hati ini sering sekali punya firasat tiba-tiba seperti apa akan kedepannya. Beberapa kawanku seperti mendukung afirmasiku, boleh dibilang perkataan tentang hujan itu sering terjadi sesuai perkataaanku.

Mungkin prasangka baik cahaya dalam gelap itu memang sudah menjadi satu pedoman tak tertulisku.

Lain waktu beberapa kawan berkata, “Pulang sama mba Nik aja, supaya dapat duduk.” dan begitulah. Sepadat apapun kereta dan angkot, ketika kami naik ada saja yang turun dan jadilah kami duduk dengan manis.

Waktu berbeda lagi, beberapa kawan kantor kalau pergi makan siang dan mencari parkir selalu tenang, katanya aman kalau mba Nik ikut dan tentu saja apa yang dikatakan kawan itu memang terjadi. Selalu mendapatkan parkir ketika kami sampai.

Begitu juga kalau naik taxi, tidak pernah menunggu lama mendapatkannya. Tiba-tiba sadar saat ini, betapa hidup sungguh memeluk manis padaku.

Dicintai Semesta – Prasangka baik cahaya dalam gelap

Dicintai semesta, begitu kalimat seorang adik padaku ketika banyak kemudahan terjadi dalam langkahku. Aku sendiri memaknai kalimat itu sebuah anugerah yang baik.

Cintailah kehidupan maka dia akan mencintaimu lebih dari pada yang kau bayangkan

Mungkin itu satu dasar kenapa aku selalu memiliki pemikiran prasangka baik cahaya dalam gelap. Bukti atas langkahku untuk melihat bahwa hidup punya cara memberikan apa yang dibutuhkan.

Seperti apa yang kutulis dalam perjalanan dengan transportasi umum, kemudahan sering menjumpaiku karena tidak ada dalam diri ini terselip ketakutan, kemanapun dan kapanpun.

Mungkin itu juga membuatku begitu tenang mengambil langkah besar diusia 18 tahun pergi dari Bali ke Jakarta hanya berbekal pakain dibadan dan tas slempang satu.

Kisahnya baca disini Langkah Besarku Kedua – 1995

Hidup itu Adil

prasangka baik cahaya dalam gelap
prasangka baik cahaya dalam gelap

Dengan apapun menutupi dan merintangi langit itu biru. Sama dengan kamu itu istiwewa. Bagaimanpun apapun yang berusaha merintangimu, kamu tetap istimewa.

Kemudahan yang aku dapatkan dalam 20 tahun terakhir ini sejatinya sebuah bayaran hidup pada didikan waktu masa-masa sebelumnya.

“Kak Nik itu sebenarnya sangat bisa menjadi orang paling jahat” Begitu salah satu adikku berkata ketika dia tahu kisah hidupku dari kecil.

Tapi nyatanya aku memilih bertahan menjadi pribadi yang menjauh dari kata jahat. Memilih untuk melakukan prasangka baik cahaya dalam gelap. Berjuang selalu melihat hal baik dari setiap peristwa.

Dunia boleh jadi tidak adil tapi waktu itu sangat adil

Kalimat itu sangat terbukti dalam langkahku sampai tulisan ini dbuat. Keadilan yang sudah kuterima itu dengan banyak kemudahan, itu semua berawal dari selalu mengingat bahwa prasangka baik cahaya dalam gelap.

Bagikan

Kasih Semangat

Mungkin tulisanku tidak sempurna tapi jika itu menyegarkan, kamu suka, iklas membuatku lebih rajin menulis dengan berbagi rejekimu, silahkan ya.

BCA Ratmini 8831921978 || GoPay, +6281317616161

artikel lainnya

19 Responses

  1. Mbak nik, Aku makin kesini percaya bahwa menjalani hari dengan optimisme adalah salah satu bentuk prasangka baik dengan yang Maha Kuasa. Kadang ketika lelah, seringkali kita berburuk sangka, padahal sejatinya banyak hal baik yang kita tidak ketahui. Dan mungkin yang kita anggap buruk, mungkin saja sebenarnya adalah hal yang baik di masa mendatang.

    Terima kasih telah menulis ini ya mbak. Semangaaaat

  2. Satu hal yang kadang masih menjadi PR buatku adalah berusaha untuk mengendalikan fikiranku menjadi hal positif, seperti Mba Nik yang naik omprengan di jam 11 mlm dpt seseorang yg baik masih bisa untuk berfikir positif klo aku pribadi sudah berkecamuk hal lain krn ada trauma Mba saat naik bus Agramas arah Cikokol, waktu itu aku tertidur dan terbangun saat ada tangan yang memegang pahaku seketika aku nge-freeze tak mampu teriak sementara laki2 itu langsung turun 🙁 dari situ aku ketakutan xixixi…

  3. Omprengan ini nebeng apa semacam taksi gelap ya Kak Nik?
    Ini setting sebelum ada ojek online kayaknya ya?
    Hebat bener Kak Nik masih berani naik transportasi umum padahal sudah jam segitu.

  4. Terharu loh aku baca ini mba. Dan jadi reminder juga supaya selalu berpikiran baik. Jujur ya, mungkin Krn kebiasaan kerja di tempat terakhir, aku terlatih utk mencurigai segala apapun. Krn pekerjaanku berkaitan Ama financial crime dan harus bisa mencegah yg seperti itu. Makanya kalo ada calon nasabah mau buka rek dengan background uang banyak, posisi kerja terlalu bagus, aku ga bakal seneng, Krn hrs mencek apa itu benar, atau dia sindikat pelaku fraud di lembaga keuangan manapun.

    Krn terlatih begitu, aku JD sangaaat berhati2 tiap ketemu orang, jarang mau berpikiran bagus dulu. Mungkin setelah kenalan agak lama, baru deh aku bisa mengubah pemikiran ku terhadap orang itu.

    Beda Ama mba nik yg menang selaku mencoba berpikir positif dan baik terhadap siapapun walau blm kenal.

    Mungkin aku hrs belajar begitu juga

  5. Meski aku sering mengabaikannya, tapi prasangka baik dan sikap positif memang salah satu cara bertahan hidup yang paling tepat. Semacam menjadi manusia seutuhnya gitu ya Kak. Alhamdulillahnya Kak Nik dilindungi dari niat-niat jahat. Kalau aku di usia itu dan diposisi cerita itu mungkin akan cenderung curiga dan berprasangka buruk. Entah kenapa ya dari pilihan berpikir positif dan negatif aku selalu negatif duluan? Terutama prasangka kepada orang lain, aku lebih memilih bagian negatifnya dulu , apa itu karena kisah-kisah pahit yang sebelumnya kulalui? lah malah jadi curhat 🙁

  6. Membaca cerita sampeyan semakin menguatkanku bahwa Tuhan itu tergantung prasangka hambanya. Bila hambanya selalu berprasangka baik atas segala ketetapan Tuhan, maka itulah yang akan dia dapatkan.

    Terima kasih untuk cerita inspiratifnya, Kak.

  7. Jadi adem membacanya mbak. Sekaligus jadi reminder buat saya. Prasangka baik perlu dibiasakan ya mbak, sehingga semesta mendukung. Terima kasih ya sudah berbagi insight yang manis.

  8. wah, mbak Nik keren banget bisa positive thinking di kondisi kayak gtu ya. kalo aku kayaknya bakalan panik duluan dan udah mikir yang nggak2 hehe.
    buat positive thinking itu nggak gampang buatku. mungkin karena beberapa pengalaman nggak menyenangkan ya. awalnya udah positive thinking, eh ternyata malah dikibulin. jadi agak ada trust issue sama orang. bahkan kadang sama keluarga sendiri

  9. Saya masih mendapati banyak omprengan seputar Jakarta Mbak Nik. Kebetulan saya ke Jakarta tahun 1998. Dan kalau lihat dari si pria itu, dia Memnag murni mau kenalan dulu hehehe.
    Dan saya setuju kita harus selalu berprasangka baik. Jadi nanti akan mendapatkan hal-hal yang baik juga. Contoh sederhana saat mbak Nik bilang Sebentar lagi cuaca akan terang, dan benar saja hehehe

  10. Cerita tentang perjalanan dengan omprengan di malam hari menggambarkan betapa prasangka baik dapat menjadi cahaya dalam kegelapan. Dalam situasi yang mungkin menimbulkan kekhawatiran, kepercayaan dan sikap positif justru membawa pengalaman yang hangat dan tak terlupakan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa, meskipun dunia penuh dengan ketidakpastian, memilih untuk melihat kebaikan dalam setiap peristiwa dapat membuka pintu-pintu harapan dan kebahagiaan. Semoga kita semua dapat terus menumbuhkan prasangka baik dalam hati, menjadikannya sebagai lentera yang menerangi langkah-langkah kita dalam menjalani kehidupan ya.

  11. Memang terkadang agak sulit untuk bisa bepikir positif apalagi misal terhadap orang yang baru kenal. Namun memang sebisa mungkin kita berusaha untuk menuju ke arah yang lebih baik dengan melatih diri ini terus berpikir yang baik-baik saja. Tulisannya sangat menginspirasi, kak

  12. kadang kita nggak bisa tau niat orang lain,yang semula menawarkan kebaikan tapi ternyata adalah semacam kejahatan. Tapi ada juga yang niatnya memang bener bener pengen bantuin kita. Dan ini pernah aku temuin waktu nekat solo traveling ke Banjarmasin. Ditumpangi orang naik pick up, padahal aku sendiri awalnya takut, tapi dia baik banget menawarkan mau nurunin sampe depan gang rumah temenku.
    aku sendiri masih berusaha untuk selalu mempunyai prasangka baik sama orang, tapiii ya masih aja suka muncul perasaan was was

  13. Adakalanya overthinking merasuki ya Kak Nik. Jadinya kita sendiri yang harus mengendalikannya untuk tetap berprasangka baik, apalagi ketika di transportasi umum, suka ada aja ya rejeki baiknya. Walau ttep kewaspadaan juga perlu

  14. Dunia boleh jadi tidak adil tapi waktu itu sangat adil, ini sebuah sudut terpandang yang menarik karena memang dunia seringkali tidak adil akan tetapi semua akan adil pada waktunya sehingga berikanlah jalan pada waktu untuk memberikan keadilan bagi semuanya

  15. Salut sekali sama pola berpikir mba Nik, penuh prasangka baik. Berbanding terbalik sama aku yang penuh hati-hati terutama kalau kenal orang baru. Luar biasa emang sih ya, apa yang kita prasangka kan seringnya emang terjadi. Jadi lebih baik mikir yang baik-baik saja.

    Terima kasih pengingat dan cubitannya. Sekeras dan sejahat apapun hidup, tetap yakin dan percaya kalau pencipta itu maha baik. Beneran ya pagi-pagi baca tulisan ini di kereta bikin Brebes haru dan salut juga sama sosok mba.

  16. Bersyukur sekalii..
    Di pagi hari ini aku membaca sesuatu yang positif dari tulisan ka Nik.
    Rasanya senang dan berjuta rasanya kalau pagi-pagi uda memikirkan hal-hal baik yang mungkin akan terjadi hari ini.

    Selalu berprasangka baik kapanpun dan dimanapun.
    Semoga Allaah melindungi langkah orang baik selalu.
    Aamiin~

    Terima kasih, ka Nik… untuk keluasan hatinya.
    Kelembutan makna yang tersirat dari setiap kejadian sehari-hari.
    Son insightful.

  17. Ya ampuun mba Niiik, kamu keren berani naik “omprengan” malam2, mana sendirian pula. Aku naik gocar/taxi sendirian aja kadang ga berani mbaa 😂. Untung rejekimu ya dikasih rejeki ketemu orang baik, kalau akuu udah deg2an sepanjang jalan 😂

  18. Baca ini bikin hati anget banget, kadang kita lupa, kekuatan prasangka baik tuh bisa jadi tameng sekaligus pelita pas hidup lagi gelap-gelapnya. Cerita naik omprengan itu relatable banget, simple, tapi dalem. Salut sama Kak Nik yang bisa konsisten liat sisi terang dari setiap pengalaman, bahkan di tengah kota yang keras sekalipun!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Subscribe Newsletter

Daftarkan email kamu, dapatkan update terbaru di email.

Subscription Form

Artikel Terbaru

Tentang Saya

Seedbacklink

Daftar dan dapatkan update terbaru

Subscription Form