Ketika Kaisar tak bisa mendengar menunjukkan ada luka yang sudah bernanah. Sebuah kisah gelap kerajaan Yu bagian selanjutnya setelah Harapan Resiko Tanggung jawab – Kisah Seorang Kaisar – 2025
Aindri termenung ditepi sungai yang mengalir jernih, melihat wajahnya dipermukaan air dan terus bertanya pada diri, “kenapa ya aku sampai terdampar di kerajaan Yu?”
Konon katanya setiap pertemuan itu sebuah takdir dan semuanya memiliki tujuan untuk langkah selanjutnya. Jika dilihat kehidupan dua tahun terakhir, begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan tapi kenapa pada akhirnya menerima sesuatu yang menurutnya mengores luka.
Tapi Aindri berpikir ulang kenapa mesti terluka?, bukankah seorang Kaisar punya hak melakukan kehendaknya, seorang pemimpin seorang kerajaan tentu memiliki otoritas apapun yang ingin dilakukan.
Catatan Aindri
Aindri tidak menyesal pernah ada dalam kerajaan Yu, karena bagaimanapun setiap takdir merajut tujuan, dia mendapatkan beberapa makna dari semua peristiwa, paling tidak dia bisa merangkul insan-insan terluka disana dan membasuhnya.
Kemudian,
Jika Aindri ingin penulis menceritakan kisahnya untuk menjadi catatan bahwa semuanya punya tujuan, barangkali pembaca mendapatkan hikmat dari pertualangan dia dalam kerajaan Yu.
Catatan penting kerajaan Yu pada bagian kedua ini tentang ketika Kaisar tak mampu mendengar, sebuah kisah seorang Kaisar yang sejatinya terluka yang penuh nanah tapi berusaha untuk menjadi penyelamat yang akhirnya tanpa sadar melukai banyak pihak.
Maka kalimat ini perlu sekali untuk direnungkan,
Mengorbankan diri untuk keselamatan orang lain itu baik, tapi penting sekali untuk sadar dan bertanya berulang kali, apakah tindakan diri itu memang untuk menyelamatkan atau hanya sebagai topeng penyembuhan? alih-alih membawa kehidupan yang terjadi membunuh jiwa-jiwa.
Area Abu-Abu
Kemudian Aindri sadar, jika saja dari awal Kaisar jelas memperlihatkan karakternya bahwa dia seorang yang tidak adil, tentu dia tidak menetap.
Area abu-abu, begitu pikirnya.
Bengis tidak, welas kasih tidak. Mungkin bisa juga dibilang bertopeng, menutupi hatinya yang penuh luka dengan berlaku seakan welas kasih.
Jika ingin tahu hati seseorang berilah perkara yang menyulitkan dan lihatlah reaksinya dan itulah wajah sejatinya.
Begitulah, ternyata Kaisar terlihat sering menyelamatkan orang tapi seiring waktu Aindri mengerti, itu semua menutupi jiwanya yang sejatinya perlu dibasuh dengan kejujuran, bahwa Kaisar sendiri butuh pertolongan.
Buktinya,
Banyak insan yang ditolongnya dipenuhi luka dengan segala perkataan kasar, menurut Aindri tidak perlu dilakukan. Iya, Kaisar memiliki otoritas penuh tapi bukankah tujuan mengambil pasukannya untuk menolong?
Terus kenapa jika tidak sesuai apa yang dikehendakinya, diberi perkataan merendahkan, trus dimana letak seorang pemimpin yang konon memiliki tujuan untuk membangun?
Sedangkan berulang kali para pasukan dan maha mentri berusaha berdiskusi untuk kebaikan kerajaan itu, selalu berakhir dengan apa menurutnya benar saja, maka ketika Kaisar tak bisa mendengar Aindri melihat beliau tak mampu mengatur dirinya dari tekanan.
Luka bernanah cenderung melukai

Wajah Aindri masih terus memandang air dalam sungai itu, suaranya gemerciknya membawanya terus menerawang dalam kejadian-kejadian masa dua tahun terakhir.
Seperti malu pada hidup karena setahun awal sejatinya sudah diberi peringatan untuk menjauh dari kerajaan Yu, tapi masih saja ada hingga dalam tahun ke dua ini peristiwa itu menjadi tanda, cukup, pergi sudah.
Langit itu gelap, seperti hati ketika Kaisar tak bisa mendengar, walau ada mentari indah tetap saja terasa tidak menyamankan.
Setiap insan memiliki tekanan
Apalagi seorang Kaisar yang memiliki kerajaan yang perlu diperhatikan kesejahteraan rakyatnya, karena dengan rakyat sejahtera tentu Kaisarpun mendapatkan keuntungan, jangka panjang.
Namun jika tekanan yang ada tidak mampu diatur dengan baik, lahirlah luka-luka yang merasa semua tidak pada tempatnya. Lupa kebijaksanaan adalah pedang terbaik dalam mengatur segala hal.
Ingin mendapatkan hal besar perlu bayar harga besar, mana ada menabur bibit padi satu akan menjadikan beras berkilo-kilo. Semua ada harganya.
Jika tidak mau tekanan tak usah jadi pemimpin.
Menjadi catatan penting Aindri sebagai seorang Kaisar diperlukan perkataan membangun, tapi kali ini yang diterima sebaliknya.
Ketika Kaisar tak bisa mendengar
Tiga hal yang membuat Aindri sadar bahwa ketika Kaisar tak bisa mendengar dilihat dari respon sebuah persoalan. Terkisahkanlah waktu itu ketika sebuah pertanggungjawaban yang diminta dijawab dengan sebuah tekanan.
- Fokus dengan kepentingan diri
Ketika ditagih dan sudah diberi laporan detail tentang hasil pekerjaan yang diintruksikan tidak mau membaca dengan detail, berulang kali diinfo tetap saja berakhir dengan maunya diri.
- Menyudutkan
Tidak melihat perkara secara luas tapi cenderung menyudutkan dengan kalimat menyakitkan “memeras” sedangkan yang memberi intruksi untuk pekerjaan itu ya Kaisar sendiri.
- Berkata Kasar
Ketika Kaisar tak bisa mendengar buktinya ketika perkataan kasar keluar, diantaranya
– Tidak mau bagi-bagi uang pada orang yang malas
– Jangan bagi-bagi uang dengan uangnya
Perlu sekali dipahami, kalimat malas itu merujuk dari kejadian apa? semua pekerjaan sudah dilakukan, makanya baca. Bagi uang? trus waktu, tenaga, pemikiran yang sudah kami berikan tidak diperhitungkan?
Kami bukan budak.
Ingin sekali Aindri berteriak itu, tapi hanya kesadaran hadir bahwa ketika Kaisar tak bisa mendengar itu semua karena lukanya sudah terlalu menanah.
Percuma, biarkan saja waktu mengambil alih keadilan itu.
Kendalikan diri – Sembuhkan diri
Hidup memang tidak mudah, apalagi dalam era saat ini, setiap insan memiliki tekanan dan itu boleh dibilang tidak sekali dan bertubi-tubi, tapi waktu selalu adil karena tekanan yang diberi sesuai kapasitasnya.
Jika mau hal besar yang perlu tekanan besar.
Kendalikan diri, mungkin itu yang perlu diperhatikan dengan lebih baik lagi, jika ada hal-hal yang membuat terluka, sembuhkan dulu usah membuang pada sekitar.
Seperti ketika Kaisar tak bisa mendengar itu berawal dari tekanan yang bertubi hingga menimbulkan luka-luka bathin dan ketika tanggungjawab diminta merespon dengan melukai, melupakan semua harapan dan tujuan.

Lihat lebih dekat, selalu ada tujuan dan keindahan setiap peristiwa.
Jika saja Kaisar bisa diajak berdialog lebh hangat, mungkin satu hal yang paling disadari.
Jika tidak mampu tidak perlu memaksa diri
Tidak perlu berupa hebat yang akhirnya menimbulkan luka-luka, lupa segalanya akan kembali pada diri.
Aindri mengingat satu film dan berharap itu tidak terjadi pada kerajaan Yu. Semoga tidak.
Begitulah,
Akhirnya Aindri melangkah pergi meninggalkan sungai dengan diiringi hujan, melepaskan kerajaan Yu dengan sebuah pemikiran ketika Kaisar tak bisa mendengar, untuk apa tetap ada dikerajaan itu.
Cara terbaik berhadapan dengan yang tak mau mendengar, meninggalkannya. Masih ada kerajaan lain yang menunggu, siapa tahu akan membawa kisah manis.
Semanis kamu yang sudah sabar membaca kisah Aindri ini, Terima kasih ya.
4 Responses
Jika tidak mau tekanan tak usah jadi pemimpin… Sy setuju dengan ungkapan ini. Jd pemimpin memang bukan hanya soal bisa memerintah tapi juga bisa merangkul dan mengatur. Dan itu sarat dengan tekanan di sana sini. Kaisar sebagai pemimpin tentunya harus bisa bertahan di bawah tekanan tersebut.
Terima kasih mba Mila, semoga kita terus berupaya untuk sadar mengukur kemampuan supaya tidak terjadi seperti yang dilakukan Kaisar.
tekanan besar sangat membuat bimbang dan kadang menimbulkan masalah baru 🙁 jadi sedih juga jadinya
Semoga kita berupaya sadar untuk merespon tekanan dengan hal yang baik bagi sekitar.